Dari pelajar menjadi pakar keamanan siber
Di usia 23 tahun, Saron Mesele sedang menjalani tahun terakhir studi ilmu komputer dan teknik di Universitas Sains dan Teknologi Adama di Etiopia. Ia memulai kariernya di bidang keamanan siber dan membantu memastikan keamanan di dunia maya.
Mesele adalah salah satu pelopor teknologi perempuan muda di Ethiopia, yang aktif melobi ruang inklusif dan mempromosikan kebijakan yang peka gender. Untuk mendorong lebih banyak anak perempuan berkarier di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), ia mengadakan lokakarya literasi digital di sekolah dan masyarakat.
“Melihat mata seorang gadis berbinar ketika ia menulis baris kode pertamanya atau memahami cara kerja keamanan siber, terutama di area yang akses teknologinya masih terbatas, itulah yang memotivasi saya,” ujar Mesele.
Mesele mengenang bagaimana perjalanannya dimulai pada tahun 2020 ketika ia menghadiri bootcamp pengkodean intensif selama dua minggu, sebuah program di bawah African Girls Can Code Initiative (AGCCI).
Program ini, yang dijalankan oleh UN Women bekerja sama dengan Komisi Uni Afrika dan Persatuan Telekomunikasi Internasional, melatih perempuan dan anak perempuan untuk menjadi pemrogram dan inovator di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
"Saat saya bergabung dengan kamp ini, saya masih kelas 12, di persimpangan jalan menuju karier masa depan saya. Kamp ini menjadi titik balik, mengubah hasrat saya terhadap teknologi menjadi tujuan yang jelas," ujar Mesele.
Berharap untuk mendirikan pusat teknologi untuk wanita
Keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi dan rendahnya tingkat literasi digital menghalangi perempuan Etiopia untuk berpartisipasi penuh dan mendapatkan manfaat dari ekonomi digital. Menurut "Laporan Nasional tentang Implementasi Deklarasi Beijing" Etiopia tahun 2024, banyak anak perempuan, terutama di daerah pedesaan, tidak memiliki akses yang sama terhadap teknologi seperti anak laki-laki.
Untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkannya dalam kariernya, Mesele tidak bisa hanya mengandalkan pelatihan yang diterimanya. Kombinasi akses ke peluang yang tepat, motivasi diri, dan sistem pendukung yang kuat terbukti menjadi "kunci" kesuksesannya.
Tekad saya untuk mempelajari TI membantu saya bertahan bahkan ketika keadaan menjadi sulit. Saya belajar lebih banyak tentang TI dari sumber daya gratis dan berlatih secara teratur. AGCCI dan Institut Sains Terapan Nasional Prancis menyediakan platform yang tepat untuk meningkatkan keterampilan saya. Intinya adalah apa yang kami lakukan dengan dukungan yang kami terima dan bagaimana kami mengubah tantangan menjadi peluang untuk berkembang,” jelasnya.
Menurut Survei Angkatan Kerja dan Migrasi Nasional Ethiopia, perempuan merupakan sepertiga dari lebih dari 90.000 orang yang bekerja di sektor teknologi informasi dan komunikasi.
Mesele pertama kali mengetahui Platform Aksi Beijing saat kuliah. "Program AGCCI sangat cocok untuk menutup kesenjangan gender dalam teknologi informasi, terutama dalam hal memastikan akses perempuan terhadap pendidikan dan teknologi," ujarnya.
Mesele berharap suatu hari nanti dapat mendirikan pusat teknologi – sebuah inkubator bagi perempuan muda untuk berinovasi dan berkontribusi pada transformasi digital negara ini. Untuk mewujudkan impian tersebut, ia terus melatih keterampilan digital bagi perempuan muda di komunitasnya.
"Jangan hanya menginginkan akses ke teknologi. Kuasai. Manfaatkan kekuatannya untuk mengubah hidup Anda!"
Sumber: https://phunuvietnam.vn/nu-sinh-vien-mong-thanh-lap-mot-trung-tam-cong-nghe-danh-cho-phu-nu-20250702110951748.htm
Komentar (0)