Kementerian Luar Negeri Rusia pada 25 Juni menanggapi gelombang sanksi baru dari Uni Eropa (UE), dengan menegaskan bahwa setiap tindakan tidak bersahabat dari Barat akan ditanggapi dengan “tanggapan yang diperlukan.”
Sanksi tersebut ilegal, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, yang mengatakan sanksi tersebut secara signifikan memperluas daftar hitam orang-orang yang dilarang memasuki Rusia.
Sebelumnya, pada 24 Juli, Uni Eropa mengadopsi paket sanksi ke-14 terhadap Rusia, yang untuk pertama kalinya menargetkan ekspor gas negara tersebut. Paket sanksi tersebut mencakup larangan bagi eksportir gas Rusia untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan blok tersebut untuk mentransfer gas antara kapal tanker besar dan kapal-kapal kecil yang ditujukan ke negara ketiga, tetapi tidak mencakup larangan penuh bagi negara-negara Uni Eropa untuk membeli bahan bakar.
Paket sanksi baru ini juga memberi Uni Eropa lebih banyak perangkat untuk mencegah penghindaran sanksi dan menargetkan 116 individu dan entitas tambahan, sehingga totalnya menjadi 675 (termasuk 61 perusahaan dari Kazakhstan, Kirgistan, Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan Turki). Menurut Uni Eropa, perusahaan-perusahaan dalam daftar tersebut kini dikenakan pembatasan ketat atas penjualan barang dan teknologi dwiguna yang dapat digunakan untuk memperkuat sektor pertahanan dan keamanan Rusia.
Sanksi baru Uni Eropa, yang akan mulai berlaku setelah masa transisi sembilan bulan, adalah yang pertama menargetkan pasokan gas alam cair, komoditas yang terus dibeli beberapa negara anggota dari Rusia meskipun konflik di Ukraina memasuki tahun ketiga.
Sementara itu, menurut Tass, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan bahwa ekonomi Rusia telah berhasil mengatasi sanksi Uni Eropa dan akan terus mengatasi paket sanksi ke-14. Grushko menegaskan: "Ekonomi Rusia tidak hanya akan mampu mengatasi paket sanksi, tetapi juga akan tumbuh sebesar 3,6%."
KHANH MINH
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/phan-ung-tu-moscow-post746280.html
Komentar (0)