Perlu meninjau, memperbaiki dan merestorasi sistem bendungan untuk merespon bencana alam |
Tidak dapat diprediksi
Badai No. 1 menyebabkan hujan lebat pada pertengahan Juni 2025, tidak hanya membanjiri banyak jalan tetapi juga menyebabkan kerusakan parah pada sawah dan tanaman warga di berbagai wilayah di Kota Hue yang sedang mengalami musim panas-gugur. Banyak kebun sayur yang baru saja ditanami terendam air, dan banyak sawah yang baru ditanami hampir seluruhnya hilang akibat banjir yang berkepanjangan selama berhari-hari.
Yang lebih mengkhawatirkan, badai petir dan tornado terjadi lebih sering daripada tahun-tahun sebelumnya, menyebabkan atap rumah berterbangan, pohon tumbang, dan jaringan listrik menjadi tidak aman. Fenomena cuaca yang tidak sesuai musim ini tidak lagi terisolasi. Fenomena ini menjadi tanda peringatan perubahan iklim dan bencana alam ekstrem.
Banyak pakar hidrometeorologi meyakini cuaca sedang terpengaruh secara signifikan oleh perubahan iklim global. Sebelumnya, musim hujan dan badai biasanya terkonsentrasi antara September hingga November, tetapi kini musim hujan dan badai dapat datang kapan saja. Bahkan di musim panas—yang biasanya sangat panas—badai, depresi tropis, atau massa udara dingin dapat muncul, menyebabkan hujan lebat.
Menurut statistik dari Stasiun Hidrometeorologi Kota Hue, selama 10 tahun terakhir, frekuensi kejadian cuaca ekstrem di Hue cenderung meningkat, baik jumlah maupun intensitasnya. Khususnya, terjadinya "banjir non-musiman"—yang jarang terjadi di wilayah Tengah—merupakan salah satu alasan utama mengapa upaya pencegahan dan penanggulangan bencana menghadapi banyak kesulitan.
Kondisi cuaca yang tak terduga telah memengaruhi produksi, pendapatan, dan mata pencaharian petani. Bapak Hoang Van Dung di Desa Ha Cang, Kecamatan Dan Dien, merasa khawatir: "Menanam sayuran di musim panas seperti berjudi. Hari ini cerah, besok hujan deras, saya tidak tahu harus berbuat apa."
Saat ini, berbagai unit dan daerah di seluruh Kota Hue telah bekerja sama dengan para petani untuk memulihkan lahan padi dan tanaman pangan yang rusak akibat badai dan banjir baru-baru ini. Namun, untuk menghadapi cuaca yang tidak biasa ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir. Kita tidak bisa terus bersikap subjektif dan merespons dengan cara lama.
Ubah pola pikir Anda
Perlu disadari bahwa bencana alam dapat terjadi kapan saja, sehingga semangat "4 on site" perlu terus dijaga secara berkala, namun harus diubah dengan cara yang lebih proaktif dan fleksibel.
Faktanya, beberapa daerah di Kota Hue telah memiliki pendekatan yang fleksibel, seperti koordinasi proaktif antara pemerintah, aparat dan masyarakat untuk mengatur pengerukan kanal dan saluran pembuangan sejak awal musim panas; pelatihan awal tentang pencegahan dan pengendalian badai bagi rumah tangga yang tinggal di sepanjang sungai, laut dan laguna untuk mengatasi risiko banjir mendadak...
Oleh karena itu, prakiraan cuaca dan peringatan dini perlu lebih diperhatikan. Penerapan teknologi seperti peta banjir daring, peringatan hujan lebat melalui Zalo, pesan teks, aplikasi cuaca, dll., terus diintegrasikan dan dipopulerkan kepada masyarakat dengan cara tercepat dan paling efektif. Sektor pertanian juga perlu membimbing masyarakat untuk mengubah struktur tanaman yang tepat, memilih varietas padi, tanaman pangan, dll. yang tahan terhadap banjir dan kekeringan agar dapat beradaptasi.
Mencegah dan menanggulangi bencana alam serta menanggapi cuaca ekstrem bukan hanya tugas dari instansi meteorologi, pertanian atau tingkat kecamatan saja, tetapi memerlukan peran serta yang serentak dari tingkat kota sampai ke tingkat akar rumput, dari pemerintahan sampai ke organisasi, serikat pekerja dan masyarakat...
Rencana komprehensif untuk adaptasi perubahan iklim bukan hanya respons jangka pendek tetapi harus menjadi strategi jangka panjang, dengan solusi spesifik seperti: Mengembangkan kota hijau dan pintar, meningkatkan infrastruktur drainase, menanam lebih banyak pohon, dan meningkatkan ruang alami yang dapat menyerap air seperti danau, kolam, dan taman.
Respons proaktif bukan berarti melawan alam, melainkan menemukan cara untuk hidup selaras, cerdas, dan beradaptasi dengan alam di era yang terus berubah. Mari kita mulai dari hal-hal terkecil: Jangan membuang sampah sembarangan dan menyumbat saluran air; dengarkan dan perbarui prakiraan cuaca setiap hari; pelajari cara evakuasi yang aman; bagikan informasi dengan cepat di media sosial saat terjadi badai dan banjir. Hal-hal kecil ini akan menciptakan masyarakat Hue yang proaktif dan teguh dalam menghadapi perkembangan cuaca yang tidak biasa,” ujar Bapak Nguyen Van Hung, Direktur Stasiun Hidrometeorologi Kota Hue.
Sumber: https://huengaynay.vn/kinh-te/phong-ngua-mua-bao-tu-som-155351.html
Komentar (0)