Sejak awal tahun 2025, Indonesia telah mencatat 81.691 kasus dugaan campak di 63 provinsi dan kota. Dibandingkan dengan periode dengan jumlah kasus tertinggi dalam seminggu, jumlah kasus yang tercatat dalam seminggu ini telah menurun sebesar 30%.
Pada tahun 2025, jumlah kasus cenderung meningkat sejak minggu ke-9 (periode setelah Tet); jumlah kasus cenderung stabil pada minggu ke-14, dan mulai menurun pada minggu ke-15 hingga ke-17. Sebagian besar provinsi dengan peningkatan kasus berada di wilayah utara, provinsi-provinsi di utara mengalami peningkatan kasus sejak tahun 2025 (pada tahun 2024 jumlah kasusnya sangat rendah). Jumlah kasus di wilayah lainnya pada dasarnya telah stabil dan tren peningkatannya tidak sejelas sebelumnya.
Usia penyakit mulai berubah berdasarkan kelompok umur setelah berakhirnya kampanye vaksinasi campak: Dibandingkan dengan 3 bulan pertama tahun 2025, kelompok usia di atas 1 tahun hingga 10 tahun (mencakup 65,8%) menurun sebesar 1,6%; sedikit menurun pada kelompok di bawah 1 tahun (mencakup 2,9%), menurun sebesar 0,2% (termasuk kelompok anak-anak di bawah 6 bulan yang tidak diindikasikan untuk vaksinasi campak); kelompok usia di atas 10 tahun (mencakup 31,3%) meningkat sebesar 1,8% (kelompok usia di atas 10 tahun: 11-15 tahun mencakup 15,8%; dan kelompok usia di atas 16 tahun mencakup 13,7%).
Sebagian besar provinsi dan kota telah menyusun rencana secara mendesak, mengorganisir implementasi di tingkat lokal, dan memobilisasi partisipasi serta dukungan dari dinas dan pemerintah daerah dalam meninjau subjek dan mengorganisir implementasi. Hingga saat ini, 54 dari 54 provinsi telah menyelesaikan vaksinasi untuk 777.451 dari 806.267 subjek, mencapai 96,4%, di mana 52 dari 54 provinsi mencapai tingkat vaksinasi di atas 95% (mencapai target yang direncanakan); 2 dari 54 provinsi memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi, yaitu 90-95%.
Menghadapi situasi ini, sektor kesehatan telah menerapkan banyak tindakan drastis.
Pada tanggal 21 April 2025, Kementerian Kesehatan menerbitkan Keputusan No. 1340/QD-BYT tentang Penetapan Rencana Pelaksanaan Vaksinasi Campak Tahap III Tahun 2025. Terkait dengan ketersediaan vaksin, Badan Nasional Higiene dan Epidemiologi (BNEP) telah mengalokasikan 451.700 dosis vaksin tahap pertama kepada BPOM dan Pasteur untuk didistribusikan ke provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka penyelenggaraan vaksinasi.
Hingga saat ini, provinsi dan kota telah mengembangkan rencana lokal sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan untuk menyelenggarakan dan melaksanakan kampanye sesuai dengan rencana di atas, dan pada saat yang sama mengarahkan fasilitas medis untuk memperkuat pemeriksaan medis, pengobatan, dan pengendalian infeksi.
Meskipun situasi epidemi telah menunjukkan tanda-tanda mereda, sektor kesehatan masih menyadari banyaknya tantangan. Saat ini, kesadaran sebagian masyarakat masih terbatas, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan vaksinasi. Selain itu, jumlah tenaga kesehatan akar rumput masih rendah, sehingga menyulitkan implementasinya.
Untuk memberikan respons yang efektif, pada tanggal 26 April 2025, Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran Nomor 2513/BYT-PB kepada Komite Rakyat provinsi dan kota-kota yang dikelola pusat, Institut Higiene dan Epidemiologi, dan Institut Pasteur tentang penguatan arahan kerja pencegahan dan pengendalian epidemi selama musim transisi.
Dalam rangka penguatan program vaksinasi, Kementerian Kesehatan mengarahkan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendorong Provinsi dan Kabupaten/Kota mempercepat penyelenggaraan vaksinasi campak tahap III tahun 2025 di wilayahnya, dengan target vaksinasi tahap I selesai paling lambat tanggal 30 April 2025 dan vaksinasi tahap II paling lambat tanggal 15 Mei 2025 sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1340/QD-BYT tanggal 21 April 2025 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Campak Tahap III Tahun 2025.
Pemerintah daerah secara proaktif berkoordinasi erat dengan lembaga media, surat kabar, dan sistem media akar rumput untuk memperbarui informasi tentang situasi epidemi dan rekomendasi pencegahan penyakit bagi masyarakat; memperkuat komunikasi untuk mendorong dan memobilisasi keluarga dan orang tua untuk membawa anak-anak mereka guna mendapatkan vaksinasi lengkap dan tepat waktu.
Fasilitas medis perlu melakukan triase, penerimaan, perawatan pasien, dan pengendalian infeksi dengan baik. Fasilitas medis harus memastikan pelaporan kasus penyakit yang lengkap dan tepat waktu sesuai peraturan. Kementerian Kesehatan berharap mendapatkan perhatian dan kerja sama dari pers dan masyarakat dalam upaya pencegahan campak.
Sumber: https://nhandan.vn/so-ca-nghi-mac-soi-giam-43-so-voi-tuan-truoc-do-post875713.html
Komentar (0)