Kemudahan dalam mendaftarkan rute transportasi
Dengan demikian, rancangan Peraturan Pemerintah tersebut menetapkan bahwa untuk trayek yang saat ini telah beroperasi, unit usaha angkutan penumpang trayek tetap berhak menentukan waktu keberangkatan dan mendaftar untuk mengoperasikan trayek pada saat tidak ada unit operasi.
Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut mengubah peraturan tentang pendaftaran pemanfaatan rute tetap menuju penerapan di lingkungan jaringan, membantu menghemat waktu dan menciptakan transparansi (foto ilustrasi).
Apabila terjadi perubahan rute atau penambahan, maka unit usaha angkutan umum wajib berdiskusi dengan terminal bus di kedua ujung rute dan menyusun rencana operasi rute serta mengirimkannya ke Dinas Perhubungan (di mana unit usaha tersebut berkantor pusat atau cabang) untuk melakukan registrasi operasi rute sesuai ketentuan dan ke Dinas Perhubungan di ujung rute yang lain guna melakukan koordinasi pengelolaan.
Dalam 2 hari kerja, Kementerian Perhubungan (di mana unit transportasi berkantor pusat atau cabang) akan mengirimkan dokumen ke sistem perangkat lunak Kementerian Perhubungan untuk meminta masukan dari Kementerian Perhubungan di ujung rute yang lain mengenai penyesuaian dan penambahan rute tetap ke dalam daftar jaringan rute. Isi permintaan tersebut meliputi informasi: stasiun bus keberangkatan, stasiun bus tujuan, rute kendaraan, volume lalu lintas, dan jarak antar perjalanan yang berdekatan.
Dalam 2 hari kerja berikutnya, Kementerian Perhubungan di ujung rute yang lain bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis melalui sistem layanan publik daring Kementerian Perhubungan mengenai persetujuan atau penolakan (dengan menyebutkan alasannya). Jika Kementerian Perhubungan di ujung rute yang lain tidak memberikan tanggapan tertulis, sistem akan secara otomatis beralih ke status "disetujui".
Selanjutnya, Dinas Perhubungan (di mana unit perhubungan mempunyai kantor pusat atau kantor cabang) akan memimpin pemutakhiran dan penambahan daftar rute terperinci sesuai dengan peraturan, menerbitkan tanda pengenal pada kendaraan dan melapor kepada Kementerian Perhubungan dan Komite Rakyat Provinsi untuk menerbitkan daftar jaringan rute intra-provinsi dan mengatur pelaksanaan pemutakhiran dan penambahan daftar jaringan rute antar-provinsi sesuai dengan instruksi.
Dengan demikian, sesuai rancangan tersebut, semua informasi mengenai registrasi pemanfaatan rute unit transportasi, dokumen opini, persetujuan, atau penolakan Kementerian Perhubungan di kedua ujung rute, dilakukan secara daring. Bersamaan dengan itu, terdapat pula peraturan terperinci mengenai waktu respons Kementerian Perhubungan setelah menerima informasi melalui perangkat lunak Kementerian Perhubungan.
Menurut panitia perancang, ini adalah peraturan baru yang tidak hanya membantu mengurangi prosedur administratif, mengurangi waktu, dan memudahkan bisnis dalam mendaftar untuk memanfaatkan rute, tetapi juga menciptakan objektivitas dan transparansi dalam menangani catatan badan-badan manajemen negara.
Di sisi lain, rancangan Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur bahwa setelah 60 hari sejak tanggal pemberitahuan registrasi trayek berhasil, apabila unit usaha angkutan tidak mengoperasikan kendaraan, maka pemberitahuan tersebut tidak berlaku lagi.
Selain itu, apabila suatu unit angkutan melakukan perjalanan kurang dari 70% dari jumlah perjalanan keseluruhan suatu simpul terdaftar dalam satu bulan, maka registrasi pemanfaatan rute pada simpul tersebut akan dicabut.
Kementerian Perhubungan tempat pemberitahuan pendaftaran rute berhasil, bertanggung jawab memperbarui informasi waktu keberangkatan simpul yang dicabut ke dalam basis data izin operasi angkutan umum Kementerian Perhubungan dalam waktu 2 hari sejak tanggal penerbitan keputusan pencabutan.
Hal ini menjadi dasar bagi badan usaha angkutan lainnya untuk melakukan pendaftaran guna memanfaatkan trayek sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Dalam waktu 30 hari sejak tanggal berlakunya keputusan pencabutan, unit yang simpulnya dicabut tidak diperbolehkan mendaftar untuk beroperasi pada rute dengan simpul yang dicabut. Setelah periode ini, jika diperlukan untuk terus beroperasi pada rute dengan simpul yang dicabut, unit tersebut harus menyelesaikan prosedur pendaftaran untuk mengoperasikan rute tersebut sesuai dengan peraturan.
Menurut Badan Pengatur Jalan Raya Vietnam, peraturan ini merupakan warisan dari Keputusan 41/2024, yang bertujuan untuk memastikan bahwa unit angkutan bertanggung jawab dalam menyediakan layanan sesuai dengan rencana operasi kendaraan terdaftar, membatasi kasus unit angkutan hanya mendaftar untuk memesan tempat duduk tetapi tidak beroperasi, bahkan meninggalkan stasiun untuk beroperasi di luar, sehingga berdampak pada lingkungan usaha angkutan.
Di sisi lain, hal ini akan memudahkan pelaku usaha angkutan umum lainnya untuk melakukan pengawasan secara proaktif dan segera melakukan pencatatan terhadap nota (pengemudi) apabila nota (pengemudi) pada trayek tersebut dicabut, guna memastikan nota (pengemudi) di terminal bus dimanfaatkan secara maksimal, sehingga kebutuhan angkutan penumpang dapat terpenuhi.
Rancangan peraturan tersebut masih mempertahankan ketentuan mengenai batas waktu pencabutan lencana dan tanda serta waktu tunggu penerbitan kembali untuk meningkatkan tanggung jawab pelaku usaha dalam mematuhi keputusan sanksi (foto ilustrasi).
Pemalsuan data kamera pada kendaraan menyebabkan pencabutan izin usaha
Draf Peraturan Pemerintah tersebut juga secara tegas menyebutkan dua hal yang dapat mengakibatkan pencabutan tanda pengenal unit usaha angkutan, yaitu pencabutan izin usaha angkutan dan pencabutan izin unit usaha angkutan selama 60 hari berturut-turut (untuk kendaraan trayek tetap).
Terkait pencabutan izin usaha (GPKD) tanpa batas waktu, rancangan Peraturan Menteri ini mengusulkan 6 kasus. Termasuk ketika unit transportasi memberikan salinan yang tidak sesuai dengan aslinya atau memuat informasi yang tidak benar dalam permohonan GPKD;
Tidak menjalankan usaha angkutan semua jenis yang tercantum dalam izin usaha selama 6 (enam) bulan atau lebih sejak tanggal izin diterbitkan, atau berhenti menjalankan usaha angkutan semua jenis yang tercantum dalam izin selama 6 (enam) bulan berturut-turut atau lebih;
Saat mengakhiri operasi sesuai dengan ketentuan hukum atau atas permintaan unit bisnis transportasi;
Memperbaiki atau mengubah data gambar dari kamera yang terpasang di kendaraan sebelum, selama, dan setelah transmisi data.
Tidak dilaksanakannya keputusan pemeriksaan dan pengujian ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha dan syarat-syarat usaha angkutan jalan raya oleh instansi yang berwenang;
Dalam kurun waktu 1 bulan, 30% atau lebih kendaraan unit akan dikenakan pelanggaran, dicabut izinnya, dan dicabut lencananya.
Bersamaan dengan itu ditetapkan bahwa dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal keputusan pencabutan, unit usaha angkutan wajib mengembalikan surat izin usaha, tanda pengenal, dan plat nomor kepada instansi pemberi izin dan menghentikan kegiatan usaha angkutan sesuai dengan keputusan pencabutan.
Apabila unit usaha angkutan mengembalikan surat izin usaha dan tanda pengenal serta tanda sesuai dengan keputusan pencabutan, maka surat izin tersebut baru akan diterbitkan kembali setelah 30 hari (atau 60 hari apabila pelanggaran kedua dalam jangka waktu 6 bulan berturut-turut).
Apabila unit usaha angkutan umum tidak menyampaikan Surat Izin Usaha dan lencana serta tanda dalam jangka waktu 10 hari sejak tanggal dikeluarkannya surat keputusan pencabutan, atau menyampaikan Surat Izin Usaha dan tanda tersebut namun tidak mencukupi sesuai dengan surat keputusan pencabutan, maka Dinas Perhubungan baru akan menerbitkan kembali Surat Izin Usaha setelah 45 hari (atau 90 hari untuk pelanggaran kedua dalam jangka waktu 6 bulan berturut-turut) sejak unit usaha angkutan umum menyampaikan Surat Izin Usaha dan lencana serta tanda secara lengkap sesuai dengan surat keputusan pencabutan.
Setelah adanya keputusan pencabutan tanda pengenal atau papan nama yang diminta oleh unit usaha angkutan untuk diterbitkan kembali atau diterbitkan kembali tanda pengenal atau papan nama tersebut karena hilang, dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diterimanya dokumen dari unit usaha angkutan, Dinas Perhubungan tidak boleh menerbitkan atau menerbitkan kembali tanda pengenal atau papan nama tersebut.
Menurut panitia penyusun, peraturan ini juga merupakan turunan dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 2024 untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan negara dalam kegiatan usaha transportasi, menghindari situasi di mana unit usaha transportasi berdalih, menunda, dan tidak mengembalikan lencana dan rambu, tetapi tetap menggunakan kendaraannya untuk menjalankan usaha transportasi yang melanggar peraturan. Dengan demikian, tanggung jawab badan usaha dalam mematuhi keputusan pencabutan lencana dan rambu kendaraan semakin meningkat.
Bersamaan dengan itu, tingkatkan tanggung jawab dalam mengelola pengemudi dan kendaraan agar tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha angkutan umum dan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan raya, karena pelanggaran tersebut dapat mengakibatkan pencabutan tanda pengenal dan rambu, kesulitan dalam penerbitan tanda pengenal dan rambu baru, bahkan pencabutan izin usaha untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
[iklan_2]
Sumber: https://www.baogiaothong.vn/sua-quy-dinh-ve-quan-ly-tuyen-van-tai-hanh-khach-co-dinh-192240920095704822.htm
Komentar (0)