The Fed akan merilis pernyataan kebijakan moneter terbarunya pada 1 November, sementara perusahaan-perusahaan besar akan terus memperhatikan laporan laba kuartal ketiga. (Sumber: Reuters) |
Para investor semakin khawatir tentang meningkatnya konflik dalam beberapa hari terakhir, setelah AS mengerahkan lebih banyak aset militer ke Timur Tengah, sementara Israel menanggapi target di Gaza.
"Situasi di Israel menimbulkan banyak kekhawatiran," kata Randy Frederick, kepala eksekutif perdagangan dan derivatif di Charles Schwab.
Harga minyak mentah Brent berjangka naik 2,9% menjadi $90,48 per barel pada 27 Oktober di tengah kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat mengganggu pasokan minyak global. Emas, aset safe haven yang populer bagi investor di masa ketidakpastian, juga melonjak, melampaui $2.000 untuk pertama kalinya sejak pertengahan Mei 2023.
Para analis di Capital Economics mengatakan reaksi pasar minyak terhadap konflik ini sejauh ini "teredam", yang berarti tanda-tanda negara lain di kawasan tersebut menjadi lebih terlibat akan membuat harga minyak melonjak tajam, kata mereka.
Beberapa investor yakin bahwa konflik yang berkembang dapat memacu pembelian obligasi pemerintah sebagai tempat berlindung yang aman, yang dapat memperlambat kenaikan imbal hasil, yang bergerak terbalik terhadap harga, sehingga mengurangi tekanan pada saham dan aset lainnya.
S&P 500 telah turun lebih dari 10% sejak akhir Juli 2023, ketika mencapai level tertinggi sejak awal 2023, meskipun naik lebih dari 7% tahun ini.
"Sejauh ini, obligasi pemerintah AS belum membuktikan status safe haven-nya. Namun, eskalasi konflik dapat mengalihkan perhatian dari kekhawatiran tentang kebijakan moneter dan meningkatkan permintaan obligasi sebagai safe haven," ujar UBS Global Wealth Management dalam sebuah laporan pada 27 Oktober.
Baik emas maupun minyak dapat bertindak sebagai "lindung nilai terhadap volatilitas jangka pendek." Indeks Volatilitas CBOE (VIX) naik setelah konflik dan mencapai titik tertinggi dalam tujuh bulan pada 27 Oktober.
Sementara itu, Fed akan merilis pernyataan kebijakan moneter terbarunya pada tanggal 1 November, sementara bisnis besar akan terus mendengarkan laporan pendapatan kuartal ketiga.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)