Sebuah meteorit kuno, empat kali lebih besar dari Gunung Everest, menyebabkan tsunami terbesar dalam sejarah Bumi dan mendidihkan lautan, tetapi meteorit yang sama ini mungkin juga telah membawa kehidupan ke Bumi.
Sebuah fragmen meteorit yang ditemukan dari dasar Danau Chebarkul dipamerkan di museum regional Chelyabinsk (Rusia) pada tahun 2013.
Pertama kali ditemukan pada tahun 2014, asteroid S2 menabrak Bumi sekitar 3,26 miliar tahun yang lalu dan diperkirakan lebih dari 200 kali lebih besar daripada asteroid "saudaranya yang lebih muda" yang kemudian memusnahkan dinosaurus.
Temuan baru, yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences , menunjukkan bahwa tabrakan dahsyat miliaran tahun yang lalu tidak hanya menyebabkan kehancuran Bumi, tetapi juga membantu kehidupan berkembang di permukaan planet kita.
"Kita tahu bahwa tabrakan dengan asteroid raksasa sering terjadi selama tahap awal sejarah Bumi, dan peristiwa-peristiwa ini pasti berdampak pada evolusi kehidupan di Bumi pada tahap awalnya. Tetapi kita tidak memiliki banyak informasi sampai baru-baru ini," kata ahli geologi Nadja Drabon, penulis laporan tersebut, dari Universitas Harvard, seperti dikutip NBC News.
Tim ahli tersebut menghabiskan tiga musim melakukan penelitian lapangan di Sabuk Batuan Hijau Barberton di Afrika Selatan untuk mengumpulkan sampel di lokasi.
Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun di laboratorium, mereka menentukan bahwa meteorit tersebut menghantam Bumi pada saat pembentukan planet dan ketika Bumi masih berupa planet air dengan beberapa benua yang muncul dari laut.
Bentuk kehidupan ekstraterestrial apa saja yang pernah mencapai Bumi?
Selama perjalanan lapangan mereka, ahli geologi Drabon dan rekan-rekannya ingin mencari partikel bulat atau fragmen batuan yang tersisa dari dampak meteorit.
Mereka mengumpulkan total 100 kg batuan dan membawanya kembali ke laboratorium untuk dianalisis.
Tim ahli menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tsunami mengaduk nutrisi seperti zat besi dan fosfor.
Profesor Jon Wade, seorang ahli material planet di Universitas Oxford (Inggris), menyatakan bahwa distribusi air yang kaya zat besi memainkan peran penting dalam munculnya kehidupan.
Menurut pakar Wade, besi adalah unsur yang paling melimpah berdasarkan massa di Bumi, tetapi sebagian besar terkunci rapat di inti Bumi, pada kedalaman sekitar 2.900 km.
Terlepas dari fakta ini, bentuk-bentuk kehidupan harus bergantung pada besi untuk bertahan hidup. Akibatnya, Bumi mengalami ledakan mikroba sementara yang dipicu oleh besi, menciptakan kondisi bagi munculnya kehidupan.
Sumber: https://thanhnien.vn/thien-thach-co-dai-lon-gap-4-lan-nui-everest-da-mang-su-song-den-trai-dat-185250124110434422.htm






Komentar (0)