Kanselir Jerman Olaf Scholz pada tanggal 15 Februari mengkritik keras kelompok sayap kanan dan mengatakan bahwa Jerman tidak akan menerima campur tangan pihak luar dalam pemilunya.
Langkah itu diambil sehari setelah Wakil Presiden AS JD Vance mengkritik para pemimpin Eropa atas pendekatan mereka terhadap demokrasi, menurut DW.
"Jerman adalah negara demokrasi yang sangat kuat. Kami tegas menyatakan bahwa sayap kanan ekstrem tidak boleh berpartisipasi dalam politik dan pengambilan keputusan politik, dan tidak akan ada kerja sama dengan mereka. Kami menentang segala gagasan kerja sama antarpartai, partai lain, dan partai-partai sayap kanan ekstrem ini," ujar Kanselir Jerman Scholz di Konferensi Keamanan München (Jerman).
Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara di Konferensi Keamanan Munich (MSC) di Munich, Jerman, 15 Februari 2025.
Sebelumnya, Wakil Presiden AS menyampaikan kepada Konferensi Keamanan Munich pada 14 Februari bahwa ia prihatin dengan "penurunan kebebasan berbicara" di seluruh Eropa. Vance juga menyatakan bahwa partai-partai arus utama di Uni Eropa (UE) "agak takut pada rakyat mereka sendiri." Ia mengkritik upaya untuk mengabaikan perbedaan pendapat sebagai akibat dari "misinformasi".
"Jika masyarakat demokratis Anda bisa hancur hanya karena iklan media sosial senilai $200.000, maka Anda harus berpikir serius tentang seberapa besar Anda memegang atau memahami keinginan rakyat," ujar Vance, seraya memperingatkan bahwa Eropa berisiko kehilangan dukungan publik jika tidak segera mengubah arahnya.
Menanggapi hal tersebut, Tn. Scholz menegaskan bahwa: "Kebebasan berbicara di Eropa berarti Anda tidak menyerang orang lain dengan cara yang melanggar hukum dan peraturan negara." Tn. Scholz juga menyinggung peraturan di Jerman yang membatasi ujaran kebencian.
Kanselir Jerman Scholz menekankan bahwa mempertahankan demokrasi melawan fasisme dan totalitarianisme adalah dasar dari hubungan transatlantik dan menyerukan agar prinsip ini dipertahankan.
Pada tanggal 15 Februari, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius juga mengkritik pernyataan Wakil Presiden AS Vance yang "tidak dapat diterima" tentang demokrasi Eropa.
Perkembangan ini terjadi saat para pemimpin Eropa berjuang untuk mendapatkan kursi di meja perundingan perdamaian , sementara juga menghadapi tekanan tarif dari pemerintahan Trump.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/thu-tuong-duc-phan-phao-my-tai-hoi-nghi-an-ninh-munich-185250215162206276.htm
Komentar (0)