Pada tanggal 26 Agustus, pertemuan puncak Forum Kepulauan Pasifik dibuka di Tonga.
Para pemimpin negara-negara Kepulauan Pasifik berkumpul di Tonga pada hari pembukaan Forum pada tanggal 25 Agustus. (Sumber: X) |
KTT tersebut menarik perhatian global terhadap situasi iklim di kawasan itu dan perannya dalam perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung.
Kantor berita AFP mengutip sekretaris forum, mantan Presiden Nauru, Baron Waqa, yang mengatakan dalam pidato pembukaannya: "Kita berkumpul di momen krusial dalam sejarah kawasan ini. Kita berada di pusat kepentingan geopolitik global. Kita berada di garda terdepan dalam perjuangan melawan perubahan iklim."
Sebelumnya, pada 21 Agustus, kantor berita Reuters mengutip laporan Lowy Institute (Australia) yang menyatakan bahwa guncangan geopolitik dapat mengganggu lanskap politik dan keamanan Kepulauan Pasifik, dan merusak solidaritas kawasan ini.
Menurut laporan Institut Lowy, berkat lokasi strategisnya, negara-negara kepulauan Pasifik dianggap sangat penting dalam rencana pertahanan kekuatan dunia, termasuk memantau dan mengendalikan aktivitas angkatan laut di seluruh Pasifik.
Memperhatikan persaingan sengit untuk mendapatkan pengaruh di kawasan antara negara-negara seperti China, Amerika Serikat, dan sekutunya Australia dan Jepang, laporan itu memperingatkan bahwa kepentingan yang bersaing di antara negara-negara donor mendorong Kepulauan Pasifik ke arah yang berbeda dan berisiko mengalihkan perhatian dari prioritas regional.
“Menghadapi ‘permainan besar’ baru ini, negara-negara kepulauan Pasifik telah menjadi ‘penentu harga’ diplomatik dan memanfaatkan persaingan yang semakin ketat (di antara negara-negara besar) untuk memaksimalkan keuntungan pembangunan mereka,” tegas para penulis laporan tersebut.
Selain itu, kerentanan Kepulauan Pasifik terhadap perubahan iklim juga dieksploitasi, dengan mitra eksternal memberikan bantuan untuk mengakses Pasifik.
Lowy Institute berpendapat bahwa “mobilisasi aset angkatan laut dan udara untuk menanggapi bencana melibatkan pengamanan akses ke pelabuhan, landasan udara, dan jalur pelayaran,” yang menyebabkan negara-negara besar berebut untuk menjadi yang pertama merespons.
Laporan itu mengatakan negara-negara kepulauan Pasifik "menegaskan kebutuhan mereka dengan lebih tegas dalam komitmen internasional, menuntut perjanjian yang lebih baik tentang perdagangan, mobilitas tenaga kerja, konektivitas digital, dan ketahanan iklim".
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/thuong-dinh-dien-dan-cac-quan-dao-thai-binh-duong-khai-mac-giua-van-co-lon-283907.html
Komentar (0)