Di tengah risiko penyebaran konflik di Timur Tengah, mulai dari konflik Israel-Hamas di Jalur Gaza, ketegangan di Laut Merah, dan serangan AS-Inggris terhadap target Houthi di Yaman, Washington menegaskan ingin "mendinginkan" kawasan tersebut.
| Situasi di Laut Merah terus memanas akibat serangan AS-Inggris terhadap Houthi dan serangan balasan gerakan tersebut terhadap kapal-kapal. (Foto ilustrasi - Sumber: Insurance Business) |
Reuters mengutip dua pejabat AS anonim yang mengatakan bahwa pada tanggal 16 Januari, militer AS melakukan serangan baru yang menargetkan empat rudal balistik anti-kapal di wilayah yang dikuasai oleh pasukan Houthi di Yaman.
Sebelumnya, sumber dari pemerintah daerah provinsi Al Bayda di Yaman tengah mengatakan bahwa AS dan Inggris telah melakukan serangan terhadap barak di provinsi tersebut.
Langkah ini diambil setelah Houthi terus melancarkan serangan terhadap pengiriman di Laut Merah, termasuk pada tanggal 15 Januari ketika kapal kargo milik dan dioperasikan AS, Gibraltar Eagle, terkena rudal balistik antikapal.
Meskipun AS terus melancarkan serangan baru terhadap target di Yaman, baru-baru ini, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menekankan bahwa Washington tidak mencari perang dengan gerakan Houthi.
"Kami tidak berniat memperluas kampanye ini," kata Pak Kirby. "Houthi punya pilihan dan mereka masih punya waktu untuk membuat pilihan yang tepat."
Pada hari yang sama, 16 Januari, AFP mengutip Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan yang menegaskan bahwa AS berusaha untuk "mencegah penyebaran konflik dan menciptakan kondisi untuk de-eskalasi" di Timur Tengah.
Sementara itu, tidak seperti Inggris, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa negaranya tidak akan berpartisipasi dalam serangan yang dipimpin AS terhadap Houthi.
Menegaskan bahwa pendekatan Prancis terhadap masalah Laut Merah hanya bersifat defensif, ia menyampaikan bahwa Paris akan tetap berpegang pada pendiriannya untuk "menghindari eskalasi apa pun", sembari menekankan bahwa situasi saat ini di Laut Merah tidak memerlukan solusi militer , melainkan solusi diplomatik.
Sejak konflik Israel-Hamas pecah pada Oktober 2023, Houthi, yang menguasai sebagian besar pantai Laut Merah Yaman, telah bersumpah untuk melakukan serangan terhadap kapal-kapal komersial yang menuju Israel untuk menunjukkan dukungan kepada Palestina.
Setelah serangan udara terhadap Houthi di Yaman, gerakan tersebut telah berjanji untuk memperluas targetnya di wilayah Laut Merah.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)