Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Presiden Venezuela dan Guyana akan bertemu bahas wilayah sengketa

VnExpressVnExpress10/12/2023

[iklan_1]

Presiden Venezuela Maduro akan bertemu dengan mitranya dari Guyana, Ali, untuk membahas meningkatnya ketegangan atas wilayah Esequibo yang disengketakan.

Pertemuan antara Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan mitranya dari Guyana Irfaan Ali akan berlangsung pada tanggal 14 Desember di Saint Vincent dan Grenadines, sebuah negara kepulauan di Karibia.

Perdana Menteri Saint Vincent dan Grenadines Ralph Gonsalves menambahkan bahwa Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva juga diundang ke pertemuan tersebut atas permintaan Venezuela dan Guyana.

"Kebutuhan mendesak saat ini adalah meredakan konflik dan membangun dialog langsung yang tepat. Baik Venezuela maupun Guyana memiliki pandangan yang sama dalam upaya mereka untuk hidup damai , mematuhi dan menghormati hukum internasional, serta menghindari penggunaan atau ancaman kekerasan," tambah Bapak Gonsalves.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (kiri) dan Presiden Guyana Irfaan Ali. Foto: Reuters

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (kiri) dan Presiden Guyana Irfaan Ali. Foto: Reuters

Ketegangan Venezuela-Guyana meningkat ketika pemerintah Presiden Maduro mengadakan referendum akhir pekan lalu, di mana 95% pemilih mendukung bahwa wilayah Esequibo yang disengketakan, yang dikendalikan oleh Guyana, adalah milik Venezuela.

AS, Inggris, Rusia, dan negara-negara Amerika Selatan telah mendesak Venezuela dan Guyana untuk meredakan ketegangan dan bergerak menuju solusi damai. Ketegangan di wilayah Esequibo juga diangkat dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 8 Desember dan menjadi subjek litigasi di Mahkamah Internasional (ICJ).

Para pemimpin Venezuela dan Guyana menyampaikan pandangan yang berseberangan mengenai pertemuan tersebut dengan lawan-lawan mereka. Maduro mengumumkan pertemuan tersebut pada tanggal X, dengan mengatakan bahwa ia akan "mempertahankan hak-hak historis Venezuela." Sementara itu, Presiden Ali mengatakan bahwa Guyana tetap berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan melalui ICJ, alih-alih duduk bersama Maduro.

"Saya yakin perselisihan ini akan dibawa ke Mahkamah Internasional, bukan untuk dinegosiasikan. Hal itu tidak akan berubah," kata Bapak Ali.

Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengatakan perundingan langsung akan berguna dan menekankan bahwa perselisihan hanya dapat diselesaikan melalui dialog, saling menghormati, dan komitmen untuk menjaga zona damai dan tanpa campur tangan.

Lokasi wilayah Esequibo. Grafik: AFP

Lokasi wilayah Esequibo. Grafik: AFP

Sengketa wilayah Esequibo bermula sejak zaman kolonial. Pada tahun 1811, ketika Venezuela mendeklarasikan kemerdekaannya, Venezuela meyakini wilayah tersebut sebagai bagian dari wilayahnya. Meskipun demikian, Inggris, yang menduduki wilayah yang sekarang disebut Guyana, justru menempatkan wilayah tersebut di bawah kekuasaannya.

Perselisihan ini terus memanas pada tahun 1966, ketika Guyana merdeka. Perjanjian Jenewa yang ditandatangani oleh Inggris, Venezuela, dan Guyana Britania menyerukan penyelesaian sengketa secara damai melalui dialog, tetapi Guyana ingin menyelesaikannya melalui ICJ. Ketegangan meningkat sejak perusahaan AS ExxonMobil menemukan minyak di Esequibo pada tahun 2015.

Guyana telah mengelola Esequibo selama lebih dari satu dekade. Negara berpenduduk 800.000 jiwa ini akan kehilangan lebih dari separuh wilayahnya dan lebih dari 200.000 penduduk jika Esequibo menjadi milik Venezuela.

Ngoc Anh (Menurut AFP )


[iklan_2]
Tautan sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Film Vietnam dan Perjalanan Menuju Oscar
Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini
Di musim 'berburu' rumput alang-alang di Binh Lieu
Di tengah hutan bakau Can Gio

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Video penampilan kostum nasional Yen Nhi mendapat jumlah penonton terbanyak di Miss Grand International

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk