Tiongkok telah membuat langkah maju baru dalam pertanian vertikal dengan dibukanya pabrik sayuran otomatis pertama di Chengdu, ibu kota provinsi Sichuan.
Tanaman yang ditanam di lahan pertanian vertikal 20 lantai. Foto: CMG
Kebun vertikal 20 lantai yang baru ini merupakan yang tertinggi di dunia hingga saat ini dan menggunakan teknologi otomasi terdepan di industri, menurut Gan Bingcheng, wakil direktur lembaga penelitian konstruksi pertanian. Layaknya model konvensional, kebun ini dibangun di dalam ruangan dengan deretan rak besar dan ratusan lampu LED. Tanaman-tanaman ditata di area yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing, lapor CGTN pada 3 Desember.
Meskipun pertanian vertikal menghemat lahan, iterasi pertamanya memiliki tantangan tersendiri, termasuk efisiensi. Tidak seperti pertanian horizontal pada umumnya, di mana semua tanaman menerima jumlah air dan sinar matahari yang sama, pertanian vertikal kompak memiliki lebih banyak masalah karena sifatnya yang vertikal.
Namun, tim di Institut Pertanian Perkotaan (IUA) Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (CAAS) telah memecahkan masalah ini. Pertanian Chengdu menggunakan robot yang dapat menanam dan memanen selada hanya dalam 35 hari, berkat sistem kendali berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat menyesuaikan cahaya dan pupuk yang diberikan pada tanaman.
"Kami dapat menggabungkan berbagai jenis cahaya merah, biru, kuning, near-UV, dan near-IR pada berbagai tahap siklus pertumbuhan tanaman," kata Wang Sen, seorang peneliti di IUA. "Kami telah membangun basis data berisi 1.300 kombinasi untuk 72 tanaman."
Menurut Wang, penelitian awal tim tidak menemukan perbedaan signifikan antara tanaman yang ditanam di laboratorium dan yang ditanam di pertanian tradisional. Pertanian dalam ruangan ini dapat menghasilkan sayuran jauh lebih cepat terlepas dari lingkungan sekitarnya, menjadikannya model ideal untuk daerah perkotaan, lahan terlantar, dan gurun. Menurut Li Zonggeng, asisten peneliti di IUA, mereka dapat memanen lebih dari 10 kali panen sayuran per tahun.
Lahan pertanian ini juga berfungsi sebagai akselerator pemuliaan, memangkas waktu pemuliaan untuk gandum, kapas, dan kedelai setidaknya 50%. Teknologi baru ini memungkinkan para peneliti tidak perlu bepergian ke daerah tropis seperti Pulau Hainan di Tiongkok pada musim dingin, sehingga menghemat lebih banyak sumber daya selama proses pemuliaan. IUA menyatakan sedang bernegosiasi dengan perusahaan seperti Foshan NationStar Optoelectronics untuk mengomersialkan lahan pertanian vertikalnya.
An Khang (Menurut CGTN )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)