Pada tanggal 23 Desember, Reuters mengutip dakwaan dari Pengadilan Federal Distrik Utara California yang mengatakan bahwa Hakim Federal Vince Chhabria menolak pembelaan Twitter (sekarang X) atas gugatan yang diajukan oleh mantan karyawan Mark Schobinger pada bulan Juni karena pelanggaran kontrak kerja.
Mark Schobinger menjabat sebagai direktur senior kompensasi Twitter sebelum meninggalkan perusahaan pada Mei 2023. Menurut gugatan Schobinger, ketika miliarder Elon Musk menggabungkan Twitter, perusahaan tersebut berkomitmen untuk membayar Schobinger setidaknya 50% dari bonus yang direncanakannya untuk tahun 2022.
Twitter, yang kini bernama X, menghadapi berbagai tuntutan hukum dari mantan karyawan dan eksekutifnya setelah miliarder Elon Musk membeli perusahaan tersebut dan memecat lebih dari separuh karyawannya. (Foto: Reuters)
Namun, Twitter kemudian gagal membayar bonus yang dijanjikan kepada Schobinger dan banyak karyawan lainnya, yang berjumlah jutaan dolar.
Dalam menolak pembelaan Twitter, Hakim Vince Chhabria mengatakan Twitter melanggar kontrak kerjanya dengan Schobinger berdasarkan hukum California dan mantan karyawan Twitter tersebut dapat menuntut kembali uang tersebut.
"Karena Schobinger memenuhi permintaan Twitter, janji untuk memberinya bonus menjadi kontrak yang mengikat menurut hukum California. Twitter melanggar kontrak dengan menolak membayar bonus yang dijanjikan kepada Schobinger," kata Hakim Chhabria.
Twitter, yang kini bernama X, mungkin akan mengajukan banding. Perusahaan tersebut tidak lagi memiliki kantor komunikasi dan tidak menanggapi permintaan komentar media di luar jam kerja.
Pengacara X sebelumnya berargumen bahwa perusahaan hanya memberikan janji lisan, bukan tertulis, dan bahwa sengketa tersebut seharusnya diatur oleh hukum Texas. Namun, hakim memutuskan bahwa kasus tersebut disidangkan berdasarkan hukum California dan bahwa "argumen Twitter tidak meyakinkan."
X menghadapi berbagai tuntutan hukum dari mantan karyawan dan eksekutif setelah miliarder Elon Musk membeli perusahaan tersebut dan memecat lebih dari separuh karyawannya. Gugatan tersebut mencakup klaim bahwa X melakukan diskriminasi terhadap karyawan yang lebih tua, perempuan, dan pekerja penyandang disabilitas, serta tidak memberikan pemberitahuan sebelum PHK massal. Perusahaan membantah melakukan kesalahan apa pun.
Tra Khanh (Sumber: Reuters)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)