Pada pagi hari tanggal 21 Juni, Majelis Nasional membahas Undang-Undang Pertanahan yang direvisi setelah menerima masukan publik.
Beli tanah murah dan ubah menjadi tanah yang bernilai ratusan kali lipat
Dalam menyampaikan pendapatnya, delegasi Tran Van Khai, anggota tetap Komite Sains , Teknologi, dan Lingkungan Majelis Nasional, mengatakan bahwa salah satu tugas yang tercantum dalam Resolusi 18 Komite Sentral Partai ke-13 tentang pertanahan adalah "meneliti dan mengembangkan kebijakan untuk mengatur perbedaan sewa tanah, memastikan publisitas dan transparansi".
Delegasi Tran Van Khai mengemukakan pendapatnya dalam diskusi pada pagi hari tanggal 21 Juni.
Bapak Khai mengakui bahwa untuk melepaskan potensi, memaksimalkan nilai sumber daya tanah, mengatasi korupsi, kenegatifan, keluhan tanah, spekulasi dan penggunaan tanah yang boros, perlu ditangani dua masalah yang sangat besar: perbedaan sewa tanah dan harga tanah.
"Dari mana datangnya selisih sewa lahan, kalau bukan karena upaya dan biaya investasi para pengguna lahan?", ujar Bapak Khai. Menurutnya, selisih sewa lahan terbentuk dari perubahan peruntukan lahan dari lahan bernilai rendah ke lahan bernilai tinggi.
Delegasi Ha Nam juga mengutip realitas lahan pertanian yang dibeli, diberi kompensasi dengan harga rendah, dan kemudian diubah menjadi lahan perumahan, lahan komersial dan jasa dengan harga puluhan, bahkan ratusan kali lebih tinggi.
"Persoalan penanganan perbedaan sewa lahan rakyat menyembunyikan banyak ketidakadilan sosial. Lahan adalah milik seluruh rakyat, rakyat telah berkorban dan berkontribusi, menyerahkan hak guna lahan dan asetnya kepada Negara dan investor untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur dan kawasan perkotaan, berkontribusi pada pembangunan bersama, sehingga mereka harus mendapatkan manfaat dari investasi dan pembangunan perkotaan," ujar Bapak Khai.
Dari itu, Bapak Khai berpendapat bahwa Undang-Undang Pertanahan (yang diamandemen) kali ini harus menghilangkan ketidakadilan dari manfaat akibat perbedaan sewa tanah, untuk menghindari hilangnya sumber daya tanah.
“Menentukan harga tanah yang mendekati harga pasar masih belum jelas”
Untuk mencapai tujuan tersebut, kata Bapak Khai, perlu dikembangkan kebijakan keuangan pertanahan, yaitu suatu metode penentuan harga tanah dan keselarasan kepentingan dalam memanfaatkan selisih keuntungan sewa tanah antara Negara, investor, dan rakyat.
Sebanyak 170 delegasi telah mendaftar untuk membahas rancangan Undang-Undang Pertanahan yang telah direvisi. Majelis Nasional akan membahas rancangan undang-undang ini sepanjang hari ini, 21 Juni.
Memberikan komentar khusus, Bapak Khai menyatakan bahwa rancangan Undang-Undang Pertanahan yang direvisi menetapkan empat prinsip untuk penilaian tanah, tetapi ia mempertanyakan apakah prinsip-prinsip ini cukup untuk menentukan harga tersebut dalam praktik.
Bapak Khai menganalisis bahwa dasar penentuan harga tanah yang mendekati harga pasar masih belum jelas. Harga tanah pada tahun 2023 memang berbeda, tetapi pada tahun 2024 akan berbeda pula, sehingga sangat sulit untuk menentukannya agar tidak merugi. Di sisi lain, penentuan harga tanah harus menyelaraskan kepentingan negara, investor, dan masyarakat.
"Jika kita melanjutkan rencana yang aman, biaya kompensasi, dukungan, dan pemukiman kembali akan terlalu besar, sehingga sulit menarik investor untuk melaksanakan proyek dan berkontribusi pada pembangunan sosial-ekonomi," ujar Bapak Khai.
Dari situlah, Bapak Khai mengusulkan agar instansi penyusun menyempurnakan “metode penilaian tanah sesuai kaidah pasar”.
Perdana Menteri Pham Minh Chinh menghadiri sesi pembahasan Undang-Undang Pertanahan yang direvisi.
Demikian pula, terkait "informasi masukan untuk menentukan harga tanah" menurut metode penilaian tanah, Bapak Khai juga mempertanyakan apakah sumber informasi masukan yang disebutkan dalam draf tersebut terkesan sangat luas namun tidak memadai, tidak memberikan dasar yang valid, dan rumit ketika disintesis untuk menentukan harga tanah.
"Saya berpendapat bahwa untuk menentukan harga tanah yang mendekati harga pasar, diperlukan data pasar yang andal dan sistem untuk mengumpulkan basis data informasi harga tanah pasar secara sinkron berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu," ujar Bapak Khai, seraya menyarankan untuk terus mempelajari peraturan terkait informasi input untuk menentukan harga tanah.
Terkait metode penilaian tanah, rancangan tersebut menyebutkan empat metode penilaian tanah dan menugaskan Pemerintah untuk menyediakan peraturan yang lebih rinci. Bapak Khai mengatakan bahwa semakin banyak metode yang ditetapkan dalam rancangan tersebut, semakin sulit penerapannya.
"Jika keempat metode ini diterapkan untuk menentukan harga sebidang tanah yang sama, akan terdapat empat harga yang berbeda. Metode yang sangat sederhana untuk menghitung harga tanah dapat dikembangkan saat menghitung nilai hak guna lahan, sehingga menghindari situasi saat ini yang mengharuskan analisis dan pemilihan banyak metode," tegas Bapak Khai.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)