Mesir dikatakan telah mengajukan proposal baru untuk memulihkan gencatan senjata di Gaza di tengah kekerasan baru di wilayah tersebut.
Rencana Mesir mencakup pembebasan lima sandera Israel oleh Hamas setiap minggu, sementara Israel akan menerapkan fase kedua gencatan senjata setelah minggu pertama, Reuters melaporkan pada 24 Maret, mengutip sumber-sumber terpercaya. Hamas masih menyandera 59 warga Israel, 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Proposal Mesir juga mencakup tenggat waktu, yang dijamin oleh AS, bagi Israel untuk menarik diri sepenuhnya dari Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan para sandera, menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut. Sumber-sumber keamanan mengatakan bahwa AS dan Hamas menyetujui proposal tersebut, tetapi Israel belum menanggapi.
Serangan udara Israel terus berlanjut, korban tewas di Gaza melampaui 50.000 orang
Seorang pejabat Hamas, meskipun tidak mengonfirmasi informasi tersebut, mengatakan kepada Reuters: "Sejumlah proposal sedang dibahas dengan para mediator untuk mempersempit kesenjangan dan melanjutkan negosiasi guna mencapai suara bersama guna membuka jalan bagi dimulainya fase kedua perjanjian."
Israel kembali menyerang Jalur Gaza pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan. Para pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara dan penembakan Israel telah menewaskan hampir 700 warga Palestina, termasuk setidaknya 400 perempuan dan anak-anak.
Asap mengepul setelah penembakan Israel di Jalur Gaza utara pada 24 Maret 2025
Hamas mengonfirmasi bahwa beberapa anggota seniornya termasuk di antara korban tewas. Hamas juga menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata Januari, dengan menyatakan siap untuk merundingkan gencatan senjata baru dan sedang mempelajari proposal dari utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 18 Maret menegaskan bahwa perang tidak akan berakhir sampai Tel Aviv mencapai semua tujuannya, yaitu "membebaskan para sandera, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel."
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengurangi operasinya di Gaza setelah lima staf UNRWA tewas dalam pertempuran, tetapi tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada warga sipil di jalur itu, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada 24 Maret.
Pada konferensi pers di Tepi Barat pada hari yang sama, Perwakilan Tinggi Uni Eropa (UE) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas mengutuk serangan di Jalur Gaza dan menyerukan semua pihak untuk membuat gencatan senjata baru.
[iklan_2]
Source: https://thanhnien.vn/ai-cap-dua-ra-de-xuat-ngung-ban-moi-pha-vo-the-be-tac-tai-gaza-185250325095354382.htm
Komentar (0)