![]() |
Griezmann terus kalah saat menghadapi Barcelona. |
Kekalahan Atletico Madrid 1-3 dari Barca pada dini hari tanggal 3 Desember semakin memperpanjang rentetan kekalahan tersebut. Statistik yang dingin menjadi bagian yang jelas dari karier Griezmann.
Bintang Prancis ini merupakan rekrutan besar bagi Barcelona, membawa harapan untuk merevitalisasi lini serang dan menambah kedalaman kreativitas. Selama dua musimnya bersama klub Catalan tersebut, Griezmann merupakan sosok pekerja keras, profesional, mencetak gol, menciptakan assist, dan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan sistem permainan.
Namun, koneksi tersebut tidak pernah sepenuhnya mulus. Barcelona menuntut harmoni dalam tempo, organisasi, dan identitas teknis, sementara Griezmann lebih menyukai fleksibilitas dan ruang untuk mengekspresikan dirinya.
Sekembalinya ke Atletico Madrid, ia menemukan kembali lingkungan yang tepat. Pelatih Diego Simeone memberi Griezmann kebebasan untuk bergerak, menciptakan peluang, dan memimpin serangan. Ia bangkit kembali dengan kuat, menjadi pemimpin di lapangan, dan berkembang pesat sebagai penghubung dalam pengaturan permainan. Namun, paradoks melawan Barcelona masih menghantuinya bagai bayang-bayang yang sulit disingkirkan.
![]() |
Griezmann tidak dapat membantu Atletico Madrid menciptakan kejutan melawan Barcelona. |
Pada dini hari tanggal 3 Desember, Atletico kalah 1-3 dari Barcelona, dan Griezmann kembali tak berdaya menciptakan terobosan. Sekali lagi, ia menyaksikan mantan timnya mengunggulinya, dan menambah satu kekalahan lagi ke dalam catatan kekalahan yang sudah sangat besar: 23 kekalahan dari Barcelona.
Bentrokan-bentrokan tersebut selalu memperlihatkan jurang pemisah antara dua filosofi dan gaya organisasi yang bertolak belakang. Barcelona menguasai bola, mendikte tempo, dan menggunakan teknik untuk membuka jalannya pertandingan. Atletico memilih disiplin, intensitas, dan serangan balik yang brutal. Dalam pertandingan itu, Griezmann – yang masuk di 15 menit terakhir – terkurung, tanpa ruang, ritme, dan dukungan yang cukup untuk meledak.
Griezmann tetap menjadi salah satu pemain terlengkap di generasinya. Namun, 23 kekalahannya melawan Barcelona merupakan batas yang sulit diatasi. Baginya, Barcelona adalah tujuan yang belum selesai, dan batas-batas pertemuannya pun belum sempurna. Kekalahan 1-3 terakhir menjadi titik balik, memperpanjang paradoks Griezmann-Barcelona.
Sumber: https://znews.vn/barcelona-van-la-noi-dau-cua-griezmann-post1608060.html









Komentar (0)