Untuk mengikuti era 4.0, bisnis secara bertahap menerapkan teknologi digital yang canggih pada proses produksi dan bisnis, terutama komersialisasi produk untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Menurut Laporan Ekonomi Digital 2024 yang disusun oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dengan data dari lebih dari 200 negara, sekitar 60% usaha kecil dan menengah telah menerapkan solusi digital pada proses bisnis mereka (peningkatan 15% dibandingkan dengan tahun 2022).
Hal ini menjadi pendorong untuk meningkatkan nilai total transaksi e-commerce global pada tahun 2024 menjadi sekitar 6.300 miliar dolar AS (naik 17% dibandingkan tahun 2023). Tren periklanan khususnya dianggap sebagai kompas untuk memprediksi perilaku konsumen, membantu bisnis menciptakan strategi pemasaran dengan kinerja terbaik.
| Tahun 2025 akan menjadi tahun ledakan siaran langsung karena tren penjualan langsung ke konsumen (D2C) semakin menegaskan dominasinya. |
Menurut Dr. Truong Gia Bao, Wakil Presiden Asosiasi Periklanan Vietnam (VAA), Presiden Asosiasi Periklanan dan Konten Digital Vietnam (VDAA), periklanan digital dan periklanan daring akan "berkuasa" di masa mendatang.
Tren periklanan produk akan berfokus pada platform media sosial, streaming langsung, dan tren periklanan yang dipersonalisasi. Khususnya, penjualan streaming langsung menjadi tren pemasaran terdepan dalam hal implementasi dan efektivitas di industri e-commerce.
Tahun 2025 akan menjadi tahun ledakan livestream karena tren penjualan langsung ke konsumen (D2C) semakin mengukuhkan dominasinya. Livestream dapat berkontribusi 20% terhadap penjualan e-commerce pada tahun 2026, dengan 3 platform populer yaitu Facebook, Shopee, dan TikTok. Saat ini, terdapat hingga 2,5 juta sesi livestream per bulan, yang menarik lebih dari 50.000 penjual.
Iklan produk pada platform e-commerce dan penerapan kecerdasan buatan (AI) juga merupakan tren yang diprediksi para ahli akan meledak dalam waktu dekat.
Departemen E-commerce dan Ekonomi Digital ( Kementerian Perindustrian dan Perdagangan ) mengatakan bahwa AI memiliki kemampuan untuk menyarankan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan dengan menganalisis data besar dari perilaku belanja mereka sebelumnya, termasuk riwayat pembelian, produk yang dilihat, umpan balik atau ulasan produk... Dari sana, bisnis dapat menyesuaikan produk, layanan, atau strategi pemasaran agar lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Selain itu, berdasarkan data pasar dan pelanggan, AI dapat memprediksi tren dan permintaan produk di masa mendatang. Hal ini membantu bisnis menyesuaikan strategi produk dan pemasaran untuk memenuhi permintaan pasar dan mempertahankan keunggulan kompetitif.
| Perusahaan memamerkan dan memperkenalkan produk di Konferensi Bisnis dan Investasi India dan Dataran Tinggi Tengah. |
Menurut VAA, pada tahun 2024, 40% bisnis akan merekrut pakar AI untuk mendukung tim pemasaran mereka. Hal ini menegaskan peran AI dalam mendisrupsi strategi periklanan. Lebih lanjut, 65% pemimpin bisnis percaya bahwa AI akan menciptakan dampak yang setara dengan revolusi industri, membuka peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi merek. AI banyak digunakan dalam aktivitas periklanan seperti: pembuatan konten, pembelajaran dan pengembangan keterampilan, analisis dan pelaporan data, dukungan riset pasar, ide konten, dan otomatisasi pemasaran.
Bapak Hoang Minh Ngoc Hai, Direktur Pusat Inovasi dan Koneksi Bisnis - Asosiasi Bisnis Provinsi, Direktur Jenderal Perusahaan Saham Gabungan Ea'Go Digital, menyampaikan bahwa saat ini, bisnis sedang berada dalam periode "5-No Trade" (tanpa batas, tanpa menunggu, tanpa pola, tanpa ketetapan, tanpa tidur). Namun, AI akan mendobrak batasan dan membuka banyak peluang bagi bisnis dengan "5-No Trade". AI bukan sekadar alat, melainkan "asisten digital" yang sangat cerdas. Selama bisnis tahu cara memanfaatkannya, AI dapat secara otomatis mengoordinasikan berbagai platform, mulai dari akuntansi hingga layanan pelanggan, dari operasional internal hingga pemasaran.
Selain itu, menurut Laporan Indeks E-dagang Vietnam 2025 (EBI 2025) dari Asosiasi E-dagang Vietnam (VECOM), e-dagang lintas batas (CBEC) global telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama CBEC yang mengikuti model bisnis-ke-konsumen. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta layanan logistik telah sangat mendukung aktivitas ritel daring lintas batas (B2C). Khususnya, "pendaratan" ekspor daring yang kuat merupakan pilar penting bagi perkembangan e-dagang yang cepat dan berkelanjutan.
| Menurut Institut Strategi dan Persaingan Merek, Vietnam saat ini berada di peringkat ke-16 dari 20 negara teratas dengan hampir 50 juta pengguna internet, 60% di antaranya adalah kaum muda; tingkat pertumbuhan rata-rata adalah 15% per tahun. Internet telah menjadi sumber informasi periklanan paling populer bagi pengguna untuk mengetahui produk. 73% konsumen Vietnam mencari informasi di internet sebelum melakukan pembelian. |
Sumber: https://baodaklak.vn/kinh-te/202506/bat-nhip-voi-quang-cao-thoi-40-b871258/










Komentar (0)