Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nguyen Kim Son berbicara di konferensi – Foto: MOET
Menteri Nguyen Kim Son menyinggung tradisi menghargai pendidikan, mencintai pembelajaran, dan tradisi budaya. Menurutnya, nilai-nilai tradisional ini nyata dan sangat membanggakan, tercermin dalam banyak faktor, seperti jumlah orang yang bersekolah, semangat belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya.
Tetapi negara yang menghargai pendidikan dan gemar belajar juga perlu memiliki sekolah yang perlengkapannya memadai, dengan kebutuhan minimum agar guru dapat bekerja dan siswa dapat belajar.
Saat ini, tingkat pemadatan rata-rata secara nasional adalah 86%, dengan sekolah prasekolah dan dasar mencapai 83%.
Angka ini sangat tinggi dibanding 10 tahun lalu, tetapi jumlah ruang kelas yang tidak terkonsolidasi sebagian besar terkonsentrasi di provinsi pegunungan, daerah etnis minoritas, dan daerah tertinggal (seperti Barat Laut, Dataran Tinggi Tengah, wilayah Tengah, dan Barat Daya). Angka ruang kelas prasekolah dan sekolah dasar yang tidak terkonsolidasi di banyak provinsi masih di atas 40% (Dak Nong, Kon Tum , Dien Bien, Cao Bang, Lai Chau...).
Patut dicatat bahwa sekolah sementara ini paling banyak terdapat pada jenjang prasekolah dan sekolah dasar.
"Anak-anak usia sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu belajar di sekolah yang kokoh dengan fasilitas yang minim. Tujuan sekolah ke sekolah dan kelas ke kelas perlu diimplementasikan dengan lebih giat," ujar Menteri Son.
Menteri menekankan bahwa sekolah adalah lembaga masyarakat, milik masyarakat, dan berada di dalam masyarakat. Partai dan Negara kita memandang pendidikan dan pelatihan sebagai kebijakan nasional utama, dan senantiasa menunjukkan perhatian dan tekad untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan melalui berbagai kebijakan dan pedoman utama.
Agustus lalu, Politbiro mengeluarkan kesimpulan 91-KL/TW untuk melanjutkan pelaksanaan resolusi 29-NQ/TW, yang dengan jelas menyatakan bahwa "pada tahun 2030, tingkat ruang kelas yang dipadatkan akan mencapai 100%", yang berarti bahwa pada tahun 2030, seluruh negeri tidak akan lagi memiliki ruang kelas sementara atau ruang kelas yang tidak dipadatkan.
Menurut Menteri, untuk mencapai tujuan utama tersebut, diperlukan solusi yang komprehensif, di mana Negara tetap memegang peranan utama dan memobilisasi sumber daya sosial menjadi sangat penting.






Komentar (0)