Ketika yuan (CNY) melonjak ke puncaknya dalam 14 bulan, bank-bank besar milik negara Tiongkok menerapkan taktik yang "tidak biasa": membeli dolar AS di pasar spot tetapi tidak mengedarkannya kembali.
Menurut Reuters , langkah ini dianggap sebagai upaya terencana untuk meredam lonjakan mata uang domestik. Hal yang tidak biasa adalah setelah pembelian, bank-bank ini tidak melakukan swap untuk mengembalikan USD ke pasar keuangan seperti biasa, melainkan memilih untuk "menahannya" sepenuhnya.
Para pengamat mengatakan penimbunan mata uang asing yang disengaja ini bertujuan untuk membuat pasokan dolar AS menjadi langka di dalam negeri. Akibatnya, biaya modal meningkat, langsung menghantam kantong para spekulan yang memegang posisi beli yuan (menunggu harga naik), sehingga memaksa mereka untuk lebih berhati-hati.

Bank-bank China diam-diam membeli USD (Foto: IT).
Beberapa pakar keuangan meyakini bahwa intervensi oleh bank-bank negara ini tidak ditujukan untuk membalikkan tren kenaikan yuan, tetapi terutama untuk mengatur laju kenaikannya, menghindari guncangan yang terlalu cepat yang dapat mengganggu stabilitas pasar.
Aksi beli besar-besaran ini terjadi di saat yuan menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Per 4 Desember, mata uang tersebut telah menguat sekitar 3,3% terhadap USD sejak awal tahun dan berada di jalur untuk mencapai kenaikan tahunan terbesar sejak 2020. Pada 3 Desember saja, CNY mencapai titik tertinggi dalam 14 bulan.
Meskipun ada intervensi untuk meredam panas berlebih, kenaikan yuan sebenarnya telah mendapat persetujuan diam-diam dari Beijing. Nilai tukar acuan harian telah ditetapkan secara konsisten lebih tinggi dari perkiraan, menunjukkan bahwa otoritas Tiongkok ingin menjaga stabilitas guna mendorong internasionalisasi mata uang tersebut sekaligus menghindari aksi beli panik oleh para eksportir.
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/cac-ngan-hang-trung-quoc-am-tham-mua-va-cat-giu-usd-20251205105128517.htm










Komentar (0)