Dari "inti"
Bapak Siu Nhuel (Desa Ia Rniu) adalah seorang pengrajin terkenal di daerah tersebut. Keluarganya masih menyimpan satu set gong kuno. Ini adalah set gong peninggalan kakek-neneknya. Sebelum meninggal dunia di Atau, ayahnya berpesan agar beliau tidak menjual gong-gong tersebut, sesulit apa pun keadaannya.
Mengingat pesan ayahnya, meskipun hidup sulit dan harus makan kentang dan singkong, Pak Nhuel tidak pernah berniat menjual perangkat gong tersebut. Berkat perangkat gong dan kecintaannya pada alat musik tradisional, pada usia 15 tahun, ia sudah bisa memainkan banyak lagu gong kuno. Pada usia 20 tahun, ia mulai membuat alat musik seperti gong, t'rung, nhi, dan seruling.

Hingga saat ini, Pak Nhuel tidak ingat persis berapa banyak alat musik yang telah ia buat. Setelah setiap kompetisi atau pertunjukan budaya dan seni, ia tak segan memberikan alat musik kepada penyelenggara dan orang-orang terkasihnya sebagai kenang-kenangan. Ia hanya menyimpan satu untuk setiap jenisnya. Di waktu luang, ia mengeluarkan gitar dan serulingnya untuk memainkan beberapa lagu dan menyanyikan lagu-lagu daerah favoritnya agar seluruh keluarga dapat mendengarkannya.

Sama halnya dengan Bapak Nhuel, meski telah berusia 60 tahun, Ibu Rah Lan H'Nir (Desa Ia Rniu) masih memiliki kecintaan khusus terhadap lagu-lagu daerah masyarakatnya.
Ia selalu merasa beruntung memiliki suara merdu dan kemampuan bermusik yang baik. Semasa kecil, suaranya yang tinggi dan jernih membuat banyak pemuda di daerah itu berdebar-debar.
Ia berbagi: "Saya menyukai lagu daerah bukan hanya karena melodinya tetapi karena lagu tersebut merupakan suara sang seniman."

Menurut Ibu H'Nir, agar sesuai dengan situasi dan suasana hati, saat tampil, penyanyi dapat menggubah lirik tambahan untuk lagu daerah tersebut. Dengan demikian, penyanyi juga turut menciptakan lagu daerah tersebut. Tergantung pada isi dan maknanya, setiap lagu daerah memiliki melodi yang berbeda, terkadang romantis dan mendalam ketika mengungkapkan cinta di antara pasangan, terkadang terburu-buru dan tergesa-gesa ketika bekerja keras. Ia selalu menyanyikan lagu daerah kapan pun dan di mana pun, saat bekerja di ladang, saat perayaan, saat senang maupun sedih, dengan harapan agar keturunannya dapat melestarikan kebaikan dan keindahan budaya bangsa.
Kepada masyarakat yang beridentitas kuat
Selain musik tradisional, komunitas Ia Broai juga terkenal dengan penenun brokatnya yang ahli, seperti Ibu Nay H'Bon (Desa Ia Rniu), Ibu H'Krem Buôn Jă (Desa Broăi) dengan cara tradisional membuat ragi anggur, Bapak Rcom Chluen dengan kerajinan menenun dan mengukir patung... Kecintaan mereka terhadap budaya tradisional inilah yang membantu mereka bertahan setiap hari untuk melestarikan dan mewariskannya ke generasi berikutnya, sehingga terciptalah komunitas dengan identitas yang kuat.
Di masa tuanya, Pak Nhuel sangat bangga putranya, Kpa Tu, telah berkarya di mana-mana atas namanya. Mewarisi bakat seni ayahnya, Tu terampil memainkan gong dan t'rung, serta memainkan karya-karya gong kuno. Tim gong yang dibentuk Tu telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk juara pertama pada pertunjukan seni yang diselenggarakan oleh distrik pada tahun 2024.
Melihat hanya sedikit perempuan di desa yang tahu cara menenun brokat, sementara permintaan akan pakaian brokat masih tinggi, Ibu H'Bon setuju untuk mengajarkan keterampilan menenun kepada para perempuan tersebut. Setelah kelas berakhir, klub menenun brokat di desa tersebut didirikan dengan 10 anggota, dipimpin oleh Ibu H'Bon.
"Menenun brokat tidaklah sulit, tetapi untuk menenun kain cawat atau rok yang indah, perempuan harus berlatih dengan tekun dan mencintai setiap helai benangnya. Kebahagiaan terbesar seorang penenun adalah ketika ia melihat pelanggannya mengenakan pakaian brokat buatan tangannya sendiri," ungkap Ibu H'Bon.
Dengan para perajin berbakat dan berdedikasi, pada tahun 2020, kelompok perajin Ia Broai yang beranggotakan 22 orang terpilih untuk tampil di Desa Wisata Budaya dan Etnis Nasional Vietnam (Kawasan Wisata Dong Mo, Hanoi). Komunitas ini memiliki 1 perajin penyetem gong, 3 pematung patung, 1 pembuat alat musik tradisional, 2 penenun keranjang, 2 penyanyi rakyat, dan 7 penenun brokat. Masyarakat setempat masih melestarikan 12 set gong kuno.
Bapak Nay Ham, Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Ia Broai, mengatakan: Dalam beberapa tahun terakhir, upaya melestarikan identitas budaya tradisional di daerah ini telah diwariskan dan dipromosikan. Para perajin berdedikasi untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya, secara bertahap menciptakan tim penerus yang besar.
Pada Festival Budaya Etnis Minoritas Distrik ke-2 tahun 2024, kelompok pengrajin Komune Ia Broai memenangkan juara kedua secara keseluruhan. Hal ini menjadi motivasi bagi komune untuk terus berkarya dalam melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai budaya tradisional.
Sumber: https://baogialai.com.vn/cai-noi-van-hoa-ben-bo-song-ba-post328488.html
Komentar (0)