Pohon kelapa telah lama menjadi simbol pertanian khas Delta Mekong. Tak hanya bernilai ekonomi tinggi, kelapa juga erat kaitannya dengan mata pencaharian, budaya, dan kemampuan beradaptasi masyarakat di Barat terhadap lingkungan yang keras. Di tengah meningkatnya permintaan produk kelapa, perubahan iklim yang kompleks, dan tekanan besar pada penanaman kembali, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pemuliaan, budidaya, dan pengolahan membuka arah pembangunan berkelanjutan bagi industri penting ini.

Pohon kelapa merupakan simbol pertanian di Delta Mekong. Foto: Mekong Delta Coconut Institute.
Menurut Master Nguyen Ngoc Trai (Institut Kelapa Delta Mekong), pohon kelapa saat ini ditanam di 93 negara dan dianggap sebagai "pohon kehidupan" berkat daya adaptasinya yang tinggi terhadap kekeringan, intrusi air asin, dan fleksibilitasnya. Khususnya, pohon kelapa dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi air dan nutrisi terbatas, menyerap rata-rata 24,1 ton CO₂/ha/tahun, memberikan kontribusi penting dalam meminimalkan dampak perubahan iklim.
Bapak Trai mengatakan bahwa kelapa merupakan tanaman yang membutuhkan tanah dengan kandungan bahan organik tinggi, kaya akan unsur hara makro-mikro, sedang-mikro, gembur, dan berdrainase baik untuk mencegah pembusukan akar, sekaligus menjaga kelembapan yang dibutuhkan. Kondisi ekologis yang menguntungkan ini membantu kelapa tumbuh berkelanjutan, menghasilkan produktivitas yang stabil, dan minim dampak lingkungan. Delta Mekong dengan karakteristik tanah yang sesuai dan area tanam yang luas dan terkonsentrasi saat ini menjadi penyumbang utama produksi dan ekspor kelapa nasional.

Universitas Tra Vinh telah berhasil meneliti kelapa lilin hasil kultur embrionik dan jaringan untuk membantu meningkatkan laju produksi buah kelapa lilin dan memperluas areal kelapa lilin di Vinh Long. Foto: Minh Dam.
Selama bertahun-tahun, lembaga, sekolah, dan perusahaan domestik telah mencapai prestasi luar biasa dalam pemuliaan kelapa, terutama dengan tiga kelompok varietas utama: kelapa minyak, kelapa air, dan kelapa lilin. Namun, metode pemuliaan tradisional masih memiliki banyak keterbatasan seperti waktu tanam yang lama, kesulitan dalam perbanyakan cepat, dan kualitas benih yang tidak merata akibat penyimpanan benih oleh petani sendiri. Hal ini membuat produktivitas tidak stabil dan sulit untuk memenuhi permintaan penanaman ulang yang terus meningkat.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai teknologi modern telah diterapkan. Yang paling menonjol adalah bioteknologi molekuler untuk pemuliaan, teknik hibridisasi canggih, terutama teknologi mikropropagasi seperti kultur jaringan dan kultur embrio. Ini merupakan terobosan yang membantu memperbanyak sejumlah besar bibit berkualitas tinggi dan seragam dengan cepat, serta mempertahankan karakteristik tanaman induk yang baik.
Khususnya, kelapa lilin Tra Vinh, varietas kelapa yang istimewa dan langka, merupakan bukti nyata keberhasilan sains dan teknologi Vietnam. Lembaga Penelitian Minyak dan Tanaman Minyak merupakan unit pertama yang memperbanyak kelapa lilin dengan metode kultur embrio seksual dengan tingkat keberhasilan lebih dari 60%. Selanjutnya, Universitas Tra Vinh menyempurnakan proses tersebut melalui proyek Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan pada periode 2017-2022, meningkatkan tingkat keberhasilan menjadi 63% dan mengkomersialkan bibitnya sejak 2011. Berkat hal tersebut, areal kelapa lilin telah diperluas, produktivitasnya meningkat secara signifikan dengan tingkat buah lilin mencapai 85-95%.
Selain penelitian varietas, penilaian tanah juga ditekankan. Survei terhadap 200 sampel lahan kelapa di Vinh Long menunjukkan bahwa sebagian besar tanah memiliki pH rata-rata 7,2, yang sesuai untuk kapasitas penyerapan nutrisi pohon kelapa. Namun, kandungan nitrogennya cukup rendah, sehingga petani perlu menyesuaikan jumlah pupuk dan teknik perawatan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kebun kelapa.

Kebun kelapa lilin di kampus Universitas Tra Vinh. Foto: Minh Dam.
Selain varietas dan teknik budidaya, pengolahan mendalam dianggap sebagai kunci peningkatan nilai industri kelapa Vietnam. Permintaan global akan produk kelapa seperti minyak kelapa, air kelapa, karbon aktif, kosmetik, dan pangan fungsional terus meningkat. Khususnya, kelapa lilin dengan daging buahnya yang padat dan lengket berpotensi diolah menjadi berbagai produk kelas atas, mulai dari makanan hingga obat-obatan.
Saat ini, banyak lembaga dan sekolah telah berfokus pada penelitian ekstraksi senyawa biologis, peningkatan teknologi pascapanen, dan dukungan bagi pelaku usaha untuk mengomersialkan produk. Hal ini berkontribusi pada perluasan pasar, peningkatan pendapatan petani kelapa, dan pengurangan ketergantungan pada ekspor bahan baku.
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian, Institut Kelapa Delta Mekong mengusulkan 6 kelompok orientasi strategis untuk mengembangkan industri kelapa secara komprehensif di masa mendatang. Guru Nguyen Ngoc Trai menyampaikan bahwa penerapan bioteknologi perlu diprioritaskan dalam pemilihan dan pengembangan varietas kelapa berkualitas tinggi yang adaptif terhadap perubahan iklim dan intrusi salinitas, terutama pada tiga kelompok varietas utama.
Pada saat yang sama, perkuat penelitian penyakit kelapa ke arah keamanan hayati, untuk memastikan produksi yang stabil. Dorong penelitian tentang pemrosesan mendalam dan ekstraksi bahan aktif biologis untuk meningkatkan nilai ekonomi. Dukung pula bisnis untuk mengomersialkan produk dari kelapa dan kelapa lilin. Kembangkan pertanian sirkular, manfaatkan produk sampingan kelapa sebagai pupuk organik atau produk bernilai tambah. Terapkan kecerdasan buatan (AI) dalam pemantauan hama, prakiraan lingkungan, dan pengelolaan kebun kelapa cerdas.
Source: https://nongnghiepmoitruong.vn/chia-khoa-nang-gia-tri-nganh-hang-dua-vung-dbscl-d784034.html






Komentar (0)