Membangun lingkungan keluarga yang harmonis bukanlah hal yang mudah, terutama bagi orang tua dengan anak Gen Z.
Kepercayaan orang tua terhadap anak merupakan sumber motivasi yang besar dan memiliki nilai yang besar dalam membantu anak mengatasi segala tantangan - Ilustrasi: AI
Terkadang, tindakan orang tua yang tidak disengaja dapat membuat Gen Z merasa terasing dari keluarga mereka. Kesepian ini berdampak besar pada kesehatan mental, fisik, dan emosional anak muda, yang seringkali berlanjut hingga dewasa.
Berikut ini adalah beberapa perilaku orangtua yang dapat menyebabkan anak-anaknya menjauh dari keluarga.
Bercanda tentang kedewasaan anak-anak Gen Z
Menurut survei Gallup, 46% Gen Z merasa tidak dipahami oleh orang tua mereka, terutama dalam hal penyelesaian konflik, komunikasi terbuka, dan mengungkapkan kasih sayang. Lebih dari 62% hanya ingin orang tua mereka mendengarkan ketika mereka kesal, alih-alih dikritik, diberi nasihat yang tidak perlu, atau diejek karena masalah mereka sendiri, seperti kedewasaan.
Terdapat kesenjangan generasi antara orang tua dan Gen Z, akibat perbedaan budaya, norma sosial, teknologi, keyakinan, dan nilai-nilai, serta tekanan-tekanan besar seperti ketidakstabilan keuangan. Konflik komunikasi yang serius seringkali bermula ketika Gen Z merasa tidak dihargai, diolok-olok, atau tidak didengarkan secara aktif oleh orang tua mereka.
Anak-anak memang emosional, tapi orang tua bilang "berlebihan"
Generasi Z dianggap sebagai generasi yang paling sadar secara emosional, karena mereka memiliki akses mudah ke pengetahuan tentang kesehatan mental, hubungan yang sehat, perawatan diri, dan pengembangan pribadi.
Sementara itu, terkadang orang tua tidak berpikiran terbuka atau memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, sering menekan emosi dan menghindari topik-topik yang sulit, sering memanipulasi atau mengkritik anak-anak mereka, mengatakan bahwa mereka "bereaksi berlebihan" atau "terlalu sensitif" untuk menenangkan diri. Hal ini membuat generasi muda Gen Z perlahan-lahan menjauhkan diri dan tidak mau berbicara dengan orang tua mereka.
Hindari argumen
Orang tua yang cenderung menghindari konflik sering kali menimbulkan ketidakamanan emosional dalam keluarga. Menghindari membicarakan masalah psikologis dan emosional anak akan menyebabkan konflik tidak terselesaikan. Akibatnya, anak-anak juga akan menjadi lebih mudah tersinggung. Tanpa kemampuan untuk berbicara secara jujur, jelas, dan terbuka dengan orang tua mereka, generasi muda Gen Z akan merasa disalahpahami dan menjadi lebih jauh.
Tidak bersuara untuk melindungi anak Anda
Orang tua tidak dapat melindungi anak-anaknya dari setiap kesulitan dalam hidup, tetapi mereka dapat campur tangan dan melindungi mereka ketika diperlukan, seperti ketika mereka diganggu oleh teman-teman, membantu mereka belajar dari kesalahan, atau mendorong mereka untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
Sebaliknya, orang tua yang membiarkan anak-anaknya merasa terabaikan di masa-masa sulit akan semakin memperlebar jarak antara Generasi Z dan keluarga mereka. Generasi muda ini juga mengalami kesulitan mengembangkan kecerdasan emosional karena merasa tidak didukung dalam proses pertumbuhan.
bias
Favoritisme dapat terwujud dalam bentuk orang tua yang bersikap kurang tegas, memberi lebih banyak penghargaan, atau memberikan lebih banyak perhatian dan kasih sayang kepada dua anak atau lebih. Hal ini mengganggu keseimbangan hubungan antar anak dalam keluarga dan bahkan menimbulkan rasa dendam.
Bias ini juga dapat berkontribusi pada harga diri, kesepian, dan masalah kesehatan mental pada kaum muda. Akibatnya, banyak Gen Z merasa paling nyaman jauh dari rumah atau jauh dari orang tua mereka.
Tidak menghormati batasan anak
Banyak orangtua gagal menghormati beberapa batasan anak Generasi Z mereka, terutama dalam hal penggunaan telepon seluler dan kebutuhan teknologi.
Perlindungan yang berlebihan ini sering kali menimbulkan lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, menjauhkan anak-anak dan merusak elemen-elemen dasar seperti kepercayaan, rasa hormat, dan komunikasi yang diperlukan untuk hubungan orangtua-anak yang sehat.
Orang tua saling menjelek-jelekkan di depan anak-anaknya
Orangtua yang saling "menjelek-jelekkan" kepada anak-anaknya dapat berdampak negatif pada hubungan keluarga, kenyamanan di rumah, dan keterampilan komunikasi anak dengan kedua orangtua.
Dengan menanamkan emosi negatif dan pikiran kritis tentang orang tua lainnya dalam benak anak, orang tua dapat mengendalikan narasi keluarga. Hal ini khususnya umum terjadi pada orang tua yang bercerai atau berpisah.
“Pengucilan oleh orang tua” tidak hanya menempatkan anak-anak dalam situasi yang canggung, tetapi juga menciptakan emosi yang tidak menyenangkan seperti rasa bersalah dan malu pada Generasi Z, sehingga membuat mereka semakin ingin menghindarinya.
Orang tua kurang percaya diri
Orang tua yang belum dewasa secara emosional hampir selalu berjuang melawan rasa kurang percaya diri mereka sendiri. Mereka diajari, atau telah belajar, bahwa mengekspresikan emosi dan berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain hanya akan berujung pada ejekan atau penghakiman, sehingga mereka menutup diri. Bahkan terhadap anak-anak mereka, mereka bersikap seperti ini, dan membuat mereka merasa bahwa ini adalah cara yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri.
Perilaku ini dapat membuat Generasi Z merasa terisolasi dan terasing, tidak mampu mengekspresikan emosi dan mengelola hubungan.
Skeptisisme terhadap pekerjaan dan teknologi "non-tradisional"
Sebagai generasi yang lahir di era digital, Gen Z menghabiskan sebagian besar waktunya di media sosial, ponsel, dan teknologi, hingga memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga hobi dan minat.
Orang tua yang meragukan atau meremehkan perspektif dan peluang baru anak-anak mereka terkait karier dan teknologi non-tradisional dapat menciptakan rasa benci dan jarak dalam diri anak-anak mereka. Di saat yang sama, anak-anak muda mungkin merasa tidak aman, skeptis, cemas, dan bersalah karena menekuni bidang yang tidak didukung orang tua mereka.
Menyalahkan orang lain
Salah satu perilaku pengasuhan yang menyebabkan keterasingan adalah kecenderungan menyalahkan dan menghindari tanggung jawab. Alih-alih bertanggung jawab atas kesalahan dan tindakan mereka, mereka justru menyalahkan dan menjadikan diri mereka korban.
Hal ini tidak hanya dapat menyebabkan perilaku serupa pada anak-anak ketika mereka dewasa, tetapi juga dapat membuat mereka menjauh dari orang tua. Anak-anak belajar bahwa membuat kesalahan adalah sesuatu yang harus dihindari dengan segala cara, bahkan jika itu berarti menipu orang-orang terdekat mereka.
Jangan menunjukkan kasih sayang
Kemampuan untuk memberi dan menerima kasih sayang secara terbuka dalam keluarga sangat penting untuk membina hubungan yang sehat. Ketika anak-anak tidak menerima kasih sayang tanpa syarat dari orang tua mereka, mereka akan berperilaku negatif untuk mendapatkan perhatian orang tua, kesulitan untuk merasa dicintai, atau secara bertahap menarik diri dari keluarga.
[iklan_2]
Sumber: https://tuoitre.vn/con-cai-gen-z-xa-lanh-gia-dinh-vi-nhung-ly-do-thuoc-ve-cam-xuc-20241206141147795.htm
Komentar (0)