Henry Wadsworth Longfellow (1807-1882) adalah seorang penyair Romantik abad ke-19. Sangat terkenal di Amerika, ia adalah seorang profesor bahasa di Universitas Harvard, dan selalu sukses dalam menulis puisi dan menerjemahkan.
Penyair Henry Wadsworth Longfellow. (Sumber: Getty Images) |
Ia berkelana ke Eropa berkali-kali, sehingga berkontribusi pada penyebaran sastra Eropa di Amerika. Selama 18 tahun, ia mengajar sastra Eropa di Amerika. Pada usia 28 tahun, istri pertamanya meninggal dunia, dan seorang saudagar kaya mengaguminya serta menikahkan putrinya dengan mas kawin sebuah kastil di Cambridge, tempat ia tinggal hingga akhir hayatnya.
Puisi-puisinya murni, sederhana, dengan emosi yang lembut, citraan yang anggun, dan ritme yang merdu, mengecam berbagai ketidakadilan dalam masyarakat Amerika, mencintai alam, negara, dan kehidupan. Ia paling sukses dalam puisi-puisi pendek.
Di antara karya-karya utamanya adalah: The Voices of the Night (1839), yang menjadikannya penyair populer di semua lapisan masyarakat; The Village Blacksmith (1839), sebuah puisi naratif tentang legenda Amerika; Evangeline (1847); The Song of Hiawatha (1855). Terjemahan Longfellow atas Divine Commedia karya Dante (1867) dianggap sebagai yang terbaik dari banyak terjemahan bahasa Inggris.
Kisah Evangeline menceritakan kisah dua kekasih, Gabriel dan Evangeline, yang terpisah selama perang, masing-masing ke arah yang berbeda. Mereka menghabiskan bertahun-tahun mencari satu sama lain. Ketika terjadi epidemi di Philadelphia, Evangeline, saat merawat orang sakit, menyadari bahwa orang yang sekarat adalah kekasihnya. Kini ia sudah tua. Ia meninggal dan kedua sahabat itu dimakamkan di liang lahat yang sama.
Hiawatha adalah seorang nabi asli Amerika yang dibesarkan oleh neneknya, seorang putra Bulan. Sang pahlawan menjalani proses pembelajaran dan pelatihan. Ia berperang melawan ayahnya, Angin Barat, untuk membalaskan dendam ibunya. Akhirnya, ia menjadi pemimpin sukunya dan mengajar kaumnya, serta berdamai dengan orang kulit putih. Ketika istrinya jatuh sakit, ia dan istrinya pergi ke negeri Angin Barat Laut.
Longfellow bukanlah penyair transenden atau orisinal seperti Whalt Whitman atau Edgar Poe. Poe, seorang penyair dan kritikus sastra kontemporer, menilai Longfellow: "Meskipun kita mengagumi kejeniusan Tuan Longfellow, kita masih merasa bahwa kelemahannya adalah kepura-puraan dan imitasi. Kecerdasan artistiknya luar biasa, cita-citanya mulia. Namun, konsepsinya tentang tujuan penyair sepenuhnya salah."
Benarkah puisi Longfellow tidak mendalam karena hidupnya mudah, datar, dan lebih banyak bahagia daripada sedih? Jika tidak membutuhkan psikologi dan pemikiran yang mendalam, kita dapat menemukan kejelasan, kesederhanaan, emosi yang lembut, kerinduan, citraan yang anggun, dan ritme yang merdu dalam puisi Longfellow. Ia menulis puisi tentang sejarah dan legenda, tentang negara dan alam, ia memuji cinta, kebaikan, dan keteguhan dalam hidup. Bagaimanapun, ia adalah seorang penyair Inggris yang sangat populer, dan ketika ia meninggal, seluruh Amerika berduka atas kepergiannya. Ia adalah penyair Amerika pertama yang mendapat kehormatan untuk didirikan monumen di Westminster Abbey.
Harriet Elizabeth Beecher Stowe (1811-1896) adalah seorang penulis Eropa-Amerika, putri seorang pendeta Presbiterian. Ia dididik dengan moral Puritan yang ketat. Pada usia 25 tahun, ia menikah dengan seorang misionaris dan profesor teologi. Selama 18 tahun di Amerika Selatan, ia belajar banyak tentang penderitaan para budak kulit hitam. Sebagai ibu dari tujuh anak, ia hanya punya sedikit waktu untuk menulis.
Dia akhirnya menyelesaikan Uncle Tom's Cabin, atau Life Among the Lowly, yang diserialkan dari Juni 1851 hingga April 1852 di surat kabar antiperbudakan National Era.
Pada tahun 1852, sebuah penerbit di Boston menerbitkan novel tersebut dalam dua volume, terjual 300.000 eksemplar di tahun pertama. Novel tersebut diadaptasi menjadi drama, dipentaskan, dan menjadi senjata ampuh bagi gerakan anti-perbudakan. Karya tersebut diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.
Beecher Stowe menulis secara ekstensif, terutama menentang ketidakadilan sosial, yang memengaruhi semua kelas, mulai dari pejabat pemerintah , bangsawan, hingga rakyat jelata. Namun, karya yang paling terkenal tetaplah Uncle Tom's Cabin, yang diterbitkan pada tahun 1950-an, pada dekade ketika sastra Amerika menegaskan keunikannya dengan serangkaian penulis seperti Hawthorne, Melville, Whitman, dan Longfellow. Beecher Stowe menggunakan perspektif kemanusiaan Kristen untuk menentang perbudakan; karya tersebut juga menghormati para penguasa kulit putih yang baik hati di Selatan. Namun kemudian, orang kulit putih yang dominan (terutama di Selatan) mendistorsi karakter Paman Tom, menampilkan sosok orang kulit hitam yang tabah dan melayani tuannya, sehingga menciptakan idiom buruk "Paman Tomisme" yang berarti pengabdian tanpa syarat dari orang kulit hitam kepada orang kulit putih.
Dari segi nilai sastra, Uncle Tom's Cabin belum tentu sebuah mahakarya, karena terkadang berada di antara novel dokumenter dan daya tarik heroik. Namun, daya tariknya terletak pada relevansinya dengan isu yang diangkat dan cita-cita luhur sang penulis, sebuah contoh khas tentang kekuatan sastra dalam memobilisasi hati nurani dan massa.
Banyak sejarawan percaya bahwa Uncle Tom’s Cabin merupakan faktor kunci dalam Perang Saudara, yang turut menghapus perbudakan di Amerika Serikat. Ketika Presiden Abraham Lincoln (1809-1886) bertemu Stowe pada tahun 1862, ia menyapanya dengan kata-kata terkenal: "Jadi, Anda adalah perempuan kecil yang menulis buku yang memulai perang besar ini."
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/dao-choi-vuon-van-my-ky-9-273263.html
Komentar (0)