| Jerman menghabiskan miliaran dolar untuk membangun empat pembangkit listrik tenaga gas. (Sumber: Getty Images) |
Para pejabat Jerman mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga gas baru kemudian akan dikonversi ke hidrogen antara tahun 2035 dan 2040. Mekanisme perluasan kapasitas berbasis pasar akan memungkinkan perluasan produksi listrik pada tahun 2028.
Pembangkit-pembangkit listrik ini akan memiliki total kapasitas hingga 10 gigawatt, memainkan peran penting dalam memastikan pasokan listrik yang stabil bahkan selama periode ketersediaan energi surya dan angin yang rendah.
Perusahaan energi Jerman, Uniper, dilaporkan akan berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Perusahaan tersebut mengatakan merasa "lega" bahwa keputusan untuk membangun pabrik baru telah dibuat. Jerman perlu bertindak cepat karena proses persetujuan dan pembangunan pabrik serta fasilitas penyimpanan akan memakan waktu beberapa tahun.
Sebelum konflik di Ukraina, Jerman telah memasok gas Rusia untuk industrinya. Namun, negara itu harus meningkatkan impor listriknya tahun lalu setelah pemerintah memutuskan untuk secara bertahap menghapus tenaga nuklir dan beralih ke sumber energi terbarukan.
Pada April 2023, Jerman menutup tiga reaktor nuklir terakhirnya meskipun ada peringatan bahwa penutupan tersebut justru akan menyebabkan lebih banyak bahan bakar fosil yang dibakar.
Menurut Bloomberg , kenaikan biaya energi telah menyebabkan penutupan sejumlah pabrik di Jerman atau pemindahan jalur produksi ke luar negeri.
Hilangnya akses ke gas Rusia yang murah telah memberikan pukulan lain bagi produsen Jerman yang sudah berjuang untuk mempertahankan daya saing biaya.
Era "kekuatan super" industri Jerman akan segera berakhir karena produksi industri di negara tersebut mencatat penurunan pertama sejak tahun 2017, dan situasinya menjadi semakin sulit karena pengurangan tajam pasokan dari Rusia pada tahun 2022.
Perusahaan energi raksasa Rusia, Gazprom, memangkas ekspor gas ke Eropa menyusul sabotase terhadap pipa gas Nord Stream 1 dan 2 pada September 2022.
Stefan Klebert, CEO dari produsen mesin GEA Group AG, mengatakan: “Terus terang, kami tidak yakin dapat bertahan dalam waktu dekat; biaya produksi meroket.”
Survei yang dilakukan oleh Federasi Industri Jerman pada September 2023 mengungkapkan bahwa kekhawatiran tentang keamanan energi dan biaya energi merupakan alasan utama mengapa banyak perusahaan Jerman memindahkan investasi mereka ke luar negeri.
Perusahaan manufaktur kimia termasuk di antara pihak yang paling terdampak oleh hilangnya pasokan gas Rusia.
Sebagai contoh, BASF SE – produsen bahan kimia terbesar di Eropa – dan grup kimia Lanxess AG saat ini sedang melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawan.
Sumber










Komentar (0)