Sehubungan dengan itu, Pasal 19 Ayat (2) Huruf b Bab IV Rancangan Undang-Undang Pendidikan Vokasi (perubahan) secara tegas menyatakan: "Dosen dan guru rangkap adalah mereka yang direkrut pada lembaga atau satuan pendidikan selain sekolah dalam sistem pendidikan nasional, yang diangkat oleh lembaga pendidikan vokasi untuk menduduki jabatan pengajar pada bidang dan profesi spesialisasi tertentu apabila memenuhi standar profesi".
Kenyataannya, sekolah kejuruan menghadapi kekurangan guru/dosen yang serius, terutama dalam profesi tertentu yang berkaitan dengan teknologi baru atau praktik produksi di perusahaan. Menurut Kementerian Tenaga Kerja, Penyandang Disabilitas Perang, dan Urusan Sosial (sebelumnya Kementerian Tenaga Kerja, Penyandang Disabilitas Perang, dan Urusan Sosial), proporsi guru pendidikan kejuruan yang mengajar pengajaran terpadu masih rendah (sekitar 50%), sejumlah guru yang mengajar teori memiliki keterampilan vokasional yang terbatas, dan guru yang mengajar praktik memiliki pengetahuan profesional yang terbatas. Hal ini menjadi tantangan besar bagi tim dalam merespons inovasi pendidikan kejuruan ketika setidaknya 70% guru diwajibkan mengajar praktik (pengajaran terpadu).
Belakangan ini, untuk memenuhi persyaratan mengajar praktik bagi dosen/guru, banyak sekolah kejuruan telah mempromosikan dosen tamu. Namun, sebagian besar dosen tamu yang memenuhi syarat bekerja di instansi lain, sehingga berpotensi menimbulkan konflik dalam pemanfaatan tenaga kerja dan keamanan informasi. Dosen tamu bekerja secara musiman atau jangka pendek, sehingga tingkat komitmen terhadap strategi pelatihan sekolah rendah, dan tidak diperhitungkan dalam perhitungan kuota saat rekrutmen atau pembukaan jurusan baru.
Dalam konteks pasar tenaga kerja yang berubah dengan cepat dan tuntutan mutu pelatihan yang semakin tinggi, penambahan guru/dosen pendamping dalam tim pada Rancangan Undang-Undang Pendidikan Vokasi (perubahan) merupakan sinyal positif yang diharapkan dapat membantu sekolah kejuruan dalam memobilisasi sumber daya manusia kependidikan dengan baik.
Meskipun guru/dosen gabungan tidak bekerja penuh waktu, jika mereka memiliki komitmen yang jelas dan jangka panjang terhadap keahlian mereka, hal ini akan membuka jalan bagi sekolah untuk menarik sumber daya manusia dari dunia usaha, terutama dalam model pelatihan ganda. Jabatan guru/dosen gabungan juga diharapkan akan masuk dalam kuota penerimaan ketika sekolah kejuruan membuka jurusan baru, sehingga membuka jalan bagi pelatihan yang memenuhi kebutuhan sosial.
Meskipun mendapat sambutan positif, beberapa pimpinan sekolah kejuruan juga menyampaikan kekhawatiran ketika menambahkan posisi guru/dosen pendamping di sekolah. Bagaimana penugasan dan penempatan posisi ini? Akankah terjadi situasi di mana guru pendamping hanya dipekerjakan secara nominal untuk memenuhi persyaratan pembukaan jurusan atau penyelenggaraan program pelatihan, sementara pada kenyataannya mereka tidak terlibat langsung dalam kegiatan mengajar?
Apabila guru/dosen honorer tetap masuk dalam kuota penerimaan mahasiswa baru saat pembukaan jurusan baru, berapakah jumlah dan rasio kuota yang tepat?... Ke depannya, jika banyak sekolah yang mengurangi rasio guru/dosen honorer tetap dan menambah jumlah guru/dosen honorer tetap, bagaimana pengaruhnya terhadap kestabilan dan perkembangan tim?
Penambahan posisi asisten guru/dosen akan menjadi solusi penting untuk mengatasi kekurangan staf pengajar, sekaligus meningkatkan koneksi antara sekolah dan dunia usaha, serta memperbarui teknologi baru dalam pelatihan. Karena konsep posisi ini masih baru, wajar jika muncul kekhawatiran.
Agar kebijakan baru tersebut dapat terlaksana secara efektif saat Undang-Undang Pendidikan Vokasi disahkan, maka perlu adanya petunjuk yang lebih rinci mengenai standar, penugasan, dan tanggung jawab serta pengaturan mengenai pengawasan dan penilaian berkala terhadap jabatan guru/dosen, dalam rangka menjamin mutu tim dan meningkatkan mutu pelatihan.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/giai-phap-quan-trong-giai-bai-toan-thieu-hut-nhan-su-giang-day-post743081.html
Komentar (0)