Pada tanggal 31 Mei, Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan rancangan undang-undang plafon utang yang isinya sebelumnya telah disetujui oleh Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy setelah berminggu-minggu upaya negosiasi.
RUU tersebut disahkan dengan 314 suara mendukung dan 117 suara menentang. RUU tersebut kini akan diajukan ke Senat untuk dibahas dan divoting, kemungkinan pada akhir minggu depan. Jika disahkan oleh Senat, RUU tersebut akan diserahkan kepada Presiden Biden untuk ditandatangani menjadi undang-undang sebelum 5 Juni—tanggal di mana Departemen Keuangan AS kemungkinan akan kehabisan dana untuk menutupi kewajiban keuangannya untuk pertama kalinya dalam sejarah negara tersebut.
Ketua DPR Kevin McCarthy berbicara tentang pagu utang pada 31 Mei di Washington. Foto: AFP |
Presiden Joe Biden menyambut baik langkah DPR dan mendesak Senat untuk segera meloloskan RUU tersebut. "Perjanjian ini merupakan kabar baik bagi rakyat Amerika dan perekonomian Amerika," ujar Biden dalam pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih.
Pada 27 Mei, setelah berminggu-minggu negosiasi mengenai pagu utang dan pengeluaran anggaran, Presiden Joe Biden dan Ketua DPR McCarthy mencapai kesepakatan. Berdasarkan kesepakatan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk menangguhkan pagu utang sebesar $31,4 triliun selama dua tahun, hingga 1 Januari 2025; membatasi pengeluaran anggaran untuk tahun fiskal 2024 dan 2025. Dengan demikian, pada tahun fiskal 2024, $886 miliar akan dialokasikan untuk anggaran pertahanan dan $704 miliar untuk pos-pos non-pertahanan.
Secara keseluruhan, belanja non-pertahanan tetap tidak berubah pada tahun fiskal 2024. Kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan belanja non-pertahanan sebesar 1% pada tahun fiskal 2025. Selain itu, kedua belah pihak sepakat untuk memulihkan dana Covid-19 yang belum terpakai; mempercepat proses perizinan untuk beberapa proyek energi; dan meningkatkan kelayakan untuk program-program yang berpihak pada masyarakat miskin.
VNA
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)