Indonesia Ribuan umat Hindu mendaki gunung berapi aktif Gunung Bromo untuk melempar ayam, sayuran, dan uang dalam ritual pengorbanan.
Sekelompok umat berkumpul di sekitar Gunung Bromo pada tanggal 5 Juni, membawa sayuran, ayam, kambing, dan sesajen lainnya untuk berpartisipasi dalam ritual pengorbanan Yadnya Kasada yang telah berlangsung selama berabad-abad. Setiap tahun, anggota suku Tengger pergi ke Gunung Bromo untuk melakukan pengorbanan dengan harapan dapat menyenangkan para dewa dan menerima berkah.
Anggota suku Tengger membawa sesaji untuk mengikuti upacara pengorbanan di Gunung Bromo pada 5 Juni. Video : AFP
"Kami punya banyak sapi di kampung halaman, dan sapi yang satu ini mungkin dianggap tak terpakai, jadi kami membawanya ke sini untuk dikembalikan kepada Sang Santo. Ini juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya atas kesejahteraan yang telah diberikan kepada kami," kata Slamet, seorang petani berusia 40 tahun yang membawa anak sapi itu ke gunung berapi untuk melakukan ritual tersebut.
Namun, anak sapi Slamet tidak dibuang ke dalam gunung melainkan ditangkap oleh penduduk setempat setelah Slamet selesai salat.
Anggota suku Tengger membawa kambing ke upacara pengorbanan di Gunung Bromo pada 5 Juni. Foto: AFP
Beberapa penduduk desa non-Tengger membawa raket dan jaring ke lereng kawah Bromo untuk menangkap benda-benda yang dilempar, untuk menghindari pemborosan.
Rohim yang melemparkan kentang, bawang putih, dan uang ke Gunung Bromo mengaku merasa lebih beruntung setelah melakukan ritual tersebut.
"Bisnis saya membaik, jadi saya datang ke sini untuk bersyukur. Semoga bisnis saya semakin membaik," ujar pria berusia 32 tahun itu.
Seorang pria membawa sesaji ke Gunung Bromo pada 5 Juni. Foto: AFP
Ini adalah pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 pemerintah daerah mengizinkan wisatawan menyaksikan upacara kurban di Gunung Bromo. Selama pandemi, hanya jemaah yang diizinkan memasuki area tersebut.
Perayaan Yadnya Kasada berasal dari abad ke-15 dan didasarkan pada kisah Putri Roro Anteng dan suaminya di kerajaan Majapahit. Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan ini tidak memiliki anak dan berdoa kepada para dewa untuk memohon pertolongan.
Para dewa mengabulkan permintaan Putri Roro Anteng dan suaminya, menganugerahi mereka 25 orang anak dengan syarat mereka mengorbankan putra bungsu mereka dengan melemparkannya ke Gunung Bromo. Demi kesejahteraan suku Tengger, putra bungsu ini menawarkan diri untuk terjun ke Gunung Bromo.
Warga desa membawa persembahan kurban dari suku Tengger di puncak Gunung Bromo pada 5 Juni. Foto: AFP
Ngoc Anh (Menurut AFP )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)