Menurut sebuah artikel IMF tentang adopsi mata uang digital bank sentral (CBDC) di Amerika Latin dan Karibia, melarang mata uang kripto mungkin bukan cara terbaik untuk mengurangi risiko yang terkait, karena pendekatan ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang. Sebaliknya, kawasan tersebut harus fokus pada penanganan faktor-faktor yang mendorong permintaan mata uang kripto, termasuk kebutuhan warga yang belum terpenuhi akan pembayaran digital dan meningkatkan transparansi dengan mencatat transaksi aset mata uang kripto dalam statistik nasional.
IMF menyatakan bahwa, jika dirancang dengan baik, CBDC dapat meningkatkan kemudahan penggunaan, ketahanan, dan efisiensi sistem pembayaran, serta meningkatkan inklusi keuangan di Amerika Latin dan Karibia.
IMF berpendapat bahwa melarang mata uang kripto bukanlah langkah mitigasi risiko jangka panjang.
Artikel IMF tersebut menyoroti empat negara Amerika Latin—Brasil, Argentina, Kolombia, dan Ekuador—di antara 20 negara teratas pada tahun 2022 untuk adopsi mata uang kripto. Meskipun Argentina melarang platform pembayaran untuk menawarkan mata uang kripto kepada pelanggan pada Mei 2023 karena kekhawatiran tentang stabilitas keuangan, penipuan pajak, korupsi, dan pencucian uang, masyarakat di negara tersebut masih beralih ke mata uang kripto untuk melindungi aset mereka dari volatilitas ekonomi . Selain itu, pembayaran dengan mata uang kripto lebih murah dan lebih cepat.
Menurut CoinTelegraph , IMF percaya bahwa regulasi yang jelas dapat mengatasi masalah ini. Dari 19 yurisdiksi Amerika Latin yang dipelajari dalam laporan IMF pada pertengahan tahun 2022, 12 di antaranya sudah memiliki regulasi khusus atau sedang dalam proses pembuatan kerangka hukum untuk mata uang kripto.
Sementara itu, Bahama adalah negara pertama di dunia yang menerbitkan CBDC, Sand Dollar, pada Oktober 2020. Pada tahun 2022, El Salvador juga menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan Bitcoin. Namun, IMF mengatakan pendekatan El Salvador mungkin bukan yang terbaik. IMF telah memperingatkan El Salvador tentang risiko hukum yang terkait dengan mata uang kripto yang dapat membuat pasar keuangan rentan terhadap keruntuhan.
IMF telah sering mengeluarkan pernyataan publik yang menentang penerimaan mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah oleh berbagai negara. Pada tanggal 19 Juni, Tobias Adrian, Direktur Departemen Pasar Modal dan Kebijakan Moneter IMF, mengusulkan sistem pembayaran yang menggunakan buku besar untuk mencatat transaksi CBDC, tetapi gagasan ini menuai kritik keras dari mereka yang berkecimpung di bidang mata uang kripto.
Tautan sumber






Komentar (0)