Dalam Konferensi ini, Direktorat Jenderal Pajak menyatakan bahwa dalam konteks kondisi sosial-ekonomi yang kurang kondusif, pelaku usaha menghadapi kesulitan dalam mengakses sumber kredit untuk melayani kegiatan produksi dan bisnis, sehingga restitusi PPN yang tepat waktu merupakan kebutuhan mendesak dan hak pelaku usaha. Oleh karena itu, tahun 2023 dianggap sebagai "titik panas" untuk pengelolaan restitusi pajak.
Selain itu, pemberantasan tindak pidana penipuan faktur dan restitusi pajak makin hari makin sulit, karena modus dan modus operandinya makin berubah-ubah, perilakunya makin canggih dan kompleks, sikapnya makin gegabah, dengan tujuan mengemplang pajak dan menyelewengkan pajak dari APBN.
Restitusi PPN hanya 87% dari estimasi realisasi sebagaimana dilaporkan Kementerian Keuangan kepada Pemerintah. (Foto: DO)
Oleh karena itu, tugas sektor pajak adalah memastikan pengembalian pajak yang cepat dan tepat waktu bagi para pelaku usaha, tetapi pada saat yang sama memastikan bahwa pengembalian pajak tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan, melindungi uang pajak anggaran negara, melakukan pengendalian yang ketat, serta segera mencegah dan mendeteksi penipuan pengembalian pajak.
Secara khusus, Departemen Umum Perpajakan menekankan: Hasil restitusi PPN sejauh ini telah mengalami banyak perubahan positif.
Meskipun ditegaskan bahwa restitusi pajak merupakan tugas penting dan hasil restitusi PPN mengalami perubahan positif, namun hasil restitusi pajak tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan, bahkan belum merampungkan tugas yang dilaporkan Kementerian Keuangan kepada Pemerintah .
Pengumuman Direktorat Jenderal Pajak menyebutkan, rata-rata dalam 6 bulan terakhir tahun ini (sampai dengan 20 Desember 2023), otoritas pajak telah menyelesaikan 1.582 keputusan restitusi pajak/bulan, setara dengan jumlah restitusi PPN sebesar VND 12,891 miliar/bulan, meningkat 11% dalam jumlah keputusan dan 27% dalam jumlah dibandingkan dengan rata-rata 6 bulan pertama tahun ini.
Sampai dengan tanggal 20 Desember 2023, otoritas pajak telah menerbitkan 18.008 keputusan restitusi PPN dengan total jumlah restitusi sebesar VND 138,461 miliar, setara dengan 87% dari perkiraan pelaksanaan yang dilaporkan oleh Kementerian Keuangan kepada Pemerintah (VND 160,000 miliar), setara dengan 97% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan, pengelolaan restitusi pajak pada tahun 2024 memiliki dua tujuan penting. Pertama, restitusi pajak dapat terlaksana dengan cepat, mudah, dan sesuai ketentuan perundang-undangan, tanpa pencatatan tunggakan yang disebabkan oleh faktor subjektif dari fiskus dan pejabat pajak. Kedua, mencegah dan menangani secara cepat dan efektif tindak pidana penipuan dalam faktur pajak dan restitusi pajak, serta mengelola keuangan negara secara cermat.
Khususnya, Direktorat Jenderal Pajak akan terus meneliti dan mengusulkan kepada instansi terkait untuk mengubah, menambah, dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan tentang PPN, pengelolaan perpajakan, faktur elektronik, dan peraturan perundang-undangan terkait.
Hal ini dilakukan untuk membatasi dan mencegah munculnya perusahaan-perusahaan “hantu” yang secara ilegal menerbitkan dan menggunakan faktur elektronik untuk memperoleh pengembalian pajak dan keuntungan dari anggaran negara secara curang.
Sementara itu, mekanisme dan kebijakan pengelolaan perpajakan perlu memiliki pengaturan yang lebih jelas dalam mendefinisikan tanggung jawab otoritas pajak dan petugas pajak terhadap wajib pajak dalam menangani berkas restitusi PPN apabila otoritas yang berwenang menemukan adanya tindak pidana penipuan dalam restitusi PPN.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)