Oleh karena itu, mulai 1 Juli, seluruh negara secara resmi mengadopsi model pemerintahan dua tingkat, dan sehari sebelumnya, aplikasi VNeID secara otomatis memperbarui informasi alamat tetap sesuai dengan batas administratif yang baru.
Perubahan ini dengan cepat memicu tren "pamer" alamat baru di media sosial. Banyak orang dengan antusias memposting tangkapan layar VNeID mereka sebagai cara untuk menandai peristiwa tersebut. Tindakan yang tampaknya tidak berbahaya dan wajar ini sebenarnya membawa risiko serius: secara tidak sengaja mengekspos informasi pribadi kepada pihak-pihak yang berniat jahat.
Menurut para ahli keamanan siber, VNeID bukan hanya sebuah aplikasi; ini adalah "kunci identitas" setiap warga negara. Tangkapan layar VNeID biasanya berisi informasi pribadi yang lengkap dan penting seperti: Nomor Identitas Warga Negara, alamat tetap, kode QR untuk penautan data, dan foto potret pemohon.
Dengan perkembangan teknologi pengenalan gambar, para penjahat dapat menggunakan AI untuk mengekstrak semua informasi dari sebuah gambar. Hanya dengan mengunggah foto secara online, para penjahat dapat memperoleh data yang mereka kumpulkan, yang kemudian dapat mereka gunakan untuk meniru identitas orang lain, memalsukan dokumen, atau bahkan memanfaatkan informasi tersebut untuk mendapatkan pinjaman, membuka rekening bank, atau menyita aset secara ilegal.
Para ahli memperingatkan bahwa berbagi gambar VNeID atau dokumen pribadi di media sosial sekali lagi menyoroti pentingnya kesadaran keamanan di era digital. Setiap warga negara perlu membekali diri dengan pengetahuan yang tepat tentang melindungi informasi pribadi.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/khoe-anh-can-cuoc-บน-vneid-len-mang-la-tu-tay-dua-thong-tin-cho-ke-xau-post802117.html






Komentar (0)