Apa peran AI di ruang redaksi?
AI kini sangat terlibat dalam proses jurnalistik, mulai dari pengumpulan berita dan analisis data hingga penyusunan draf, produksi konten multimedia, dan distribusi yang dipersonalisasi serta interaksi pembaca. Misalnya, alat seperti ONECMS di Vietnam dapat secara otomatis memindai, mengkategorikan, dan mensintesis berita dari ratusan sumber – sesuatu yang tidak dapat dilakukan wartawan secara manual dalam waktu singkat.
Secara global, media berita besar seperti AP dan Washington Post menggunakan sistem AI untuk menulis ribuan laporan keuangan, olahraga , dan cuaca. Beberapa ruang redaksi di Vietnam juga bereksperimen dengan model penulisan berbantuan AI untuk menghemat waktu dan tenaga kerja.
Terkait pengecekan fakta dan memerangi berita palsu, alat AI seperti ClaimBuster dan Full Fact juga dapat memindai ucapan, mencari di basis data, dan menyarankan peringatan tentang informasi yang salah secara real time.
Menanggapi pandangannya tentang peran AI di ruang redaksi, jurnalis Dinh Ngoc Son – mantan Wakil Kepala Departemen Penyiaran dan Televisi, Akademi Jurnalisme dan Komunikasi – mengatakan bahwa sebelumnya, jurnalis terutama fokus pada pengumpulan informasi, penulisan artikel, dan penyuntingan. Namun, dengan dukungan AI, proses seperti agregasi data, analisis tren, dan bahkan penulisan artikel berita dasar telah diotomatisasi.

Sementara itu, dalam acara pers yang diadakan pada tanggal 2 Mei di Thailand, Joseph Hincks – seorang ahli komunikasi di UNESCO Bangkok – berkomentar bahwa AI generatif “ sedang membentuk kembali jurnalisme dengan cara yang tidak dapat dibayangkan oleh sedikit orang beberapa tahun yang lalu.”
Namun, penggunaan AI juga membawa risiko disinformasi akibat "ilusi" teknologi; risiko kehilangan identitas individu dan empati – hal-hal yang hanya diperoleh manusia melalui pengalaman hidup; dan kurangnya keterampilan untuk mengatasi sisi gelap AI.
Pakar pelatihan media Mike Raomanachai – Wakil Presiden Asosiasi Jurnalis Asia Amerika di Asia Tenggara – menekankan perlunya pendidikan jurnalistik seiring semakin maraknya penggunaan AI di ruang redaksi. Ia指出 bahwa banyak jurnalis Thailand menggunakan AI tanpa sepenuhnya memahami keterbatasan atau implikasi etisnya.
AI membantu jurnalis untuk fokus pada nilai-nilai inti.
Satu hal harus dinyatakan dengan jelas: AI tidak dan tidak akan pernah menggantikan jurnalis. “AI tidak bisa penasaran, tidak bisa menilai, tidak bisa memiliki empati atau kejutan, tidak bisa memiliki selera humor, ia tidak memiliki hati. Ia tidak memiliki kecerdasan sejati, ia tidak tahu apa yang benar,” komentar Profesor Charlie Beckett, Direktur proyek JournalismAI di London School of Economics .

Para ahli sepakat bahwa AI tidak dapat menggantikan jurnalis, terutama mereka yang melakukan jurnalisme investigatif, komentar mendalam, menceritakan kisah yang menarik, atau terhubung dengan masyarakat.
Namun, peran jurnalis di era AI tentu akan berubah. Menurut Bapak Dinh Ngoc Son, seiring teknologi dan AI mengotomatiskan beberapa tahapan dalam produksi karya jurnalistik, jurnalis dapat lebih fokus pada nilai-nilai inti profesi: bercerita yang mendalam, menganalisis isu-isu kompleks, dan membangun kepercayaan dengan publik.
"Peran jurnalis sekarang lebih condong ke arah membentuk opini publik, menawarkan perspektif humanistik, dan memantau masyarakat – bidang-bidang yang sulit digantikan sepenuhnya oleh AI karena membutuhkan empati manusia dan pemikiran kreatif," kata mantan Wakil Kepala Departemen Penyiaran dan Televisi tersebut.
Bapak Dinh Ngoc Son menyarankan para jurnalis muda untuk fokus mengasah kemampuan berpikir kritis mereka dengan mengajukan pertanyaan mendalam tentang sumber data yang digunakan oleh AI dan memverifikasi keakuratan serta objektivitas hasilnya. Beliau juga mendorong partisipasi dalam kegiatan praktis seperti menulis artikel fitur, melakukan wawancara langsung, atau berpartisipasi dalam kompetisi menulis. Kegiatan-kegiatan ini membantu menumbuhkan inspirasi dan gaya yang unik.
Dari segi etika profesional, perlu membangun "pedoman" pribadi berdasarkan prinsip-prinsip jurnalistik seperti kejujuran, transparansi, dan penghormatan terhadap privasi, sambil selalu memprioritaskan kepentingan publik saat menggunakan AI.

Sumber: https://vietnamnet.vn/khong-co-trai-tim-ai-gioi-den-may-cung-khong-the-thay-the-nha-bao-2413472.html






Komentar (0)