Pengalaman penyuluhan pertanian Vietnam, yang diasah selama beberapa dekade melalui strategi ketahanan pangan dan pembangunan pertanian , kini dianggap sebagai model keunggulan. Dari negara yang dilanda kelaparan pasca-perang, Vietnam telah bertransformasi menjadi pengekspor produk pertanian terkemuka di dunia. Keberhasilan ini sebagian besar berkat sistem penyuluhan pertanian Vietnam.
Saat ini, model penyuluhan pertanian Vietnam tidak hanya melayani pasar domestik tetapi juga berkembang secara internasional, menjadi contoh utama kerja sama Selatan-Selatan, khususnya dalam mendukung negara-negara berkembang, termasuk negara-negara Afrika seperti Angola.

Pada tanggal 12 Desember (waktu Vietnam), sebuah delegasi dari Kementerian Pertanian dan Lingkungan melakukan survei lapangan di sebuah perkebunan singkong di Angola. Foto: ICD .
Bapak Le Quoc Thanh, Direktur Pusat Penyuluhan Pertanian Nasional, menyatakan: "Penyuluhan pertanian Vietnam tidak hanya mengajarkan cara menanam tanaman, tetapi juga mentransfer pola pikir produksi yang efisien, berbiaya rendah, dan mudah beradaptasi. Ini adalah kunci untuk mendukung negara lain dalam membangun pertanian yang mandiri dan berkelanjutan."
Sejak tahun 1990-an, Vietnam telah mengirim ribuan ahli ke Afrika untuk mentransfer teknik budidaya padi, jagung, sayuran, dan perikanan. Selama hampir 30 tahun terakhir, lebih dari 12 negara Afrika telah menerima dukungan, membantu meningkatkan hasil panen hingga 2-4 kali lipat dan berkontribusi pada ketahanan pangan. Upaya ini tidak hanya bersifat kemanusiaan tetapi juga menegaskan posisi layanan penyuluhan pertanian Vietnam di panggung internasional, mulai dari transfer teknik langsung hingga membangun model berkelanjutan.

Delegasi dari Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup berpose untuk foto ken纪念 bersama para pejabat Angola. Foto: ICD .
Angola adalah salah satu mitra utama Vietnam di Afrika. Setelah kunjungan resmi Presiden Luong Cuong pada Agustus 2025, hubungan antara kedua negara telah berkembang pesat. Selama pembicaraan dengan Presiden Angola João Manuel Goncalves Lourenco, kedua pihak menandatangani Rencana Aksi untuk kerja sama pertanian untuk periode 2025-2026.
Meskipun merupakan negara yang kaya akan sumber daya, sektor pertanian Angola sedang mengalami rekonstruksi setelah bertahun-tahun dilanda konflik. Oleh karena itu, Angola meminta dukungan Vietnam untuk pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pengorganisasian produksi, transfer teknologi, pelatihan peningkatan kapasitas, dan pembentukan kawasan bahan baku. Vietnam berkomitmen untuk berbagi pengalamannya dan memberikan dukungan maksimal untuk usulan-usulan ini melalui kerja sama Selatan-Selatan, dengan sistem Penyuluhan Pertanian Vietnam berperan sebagai penghubung.
Dari sistem penyuluhan pertanian domestik hingga jangkauan internasional, Vietnam menegaskan peran utamanya dalam kerja sama pertanian global. Melalui kerja sama Selatan-Selatan dan dukungan untuk Afrika, khususnya Angola, penyuluhan pertanian Vietnam tidak hanya berbagi prestasi tetapi juga berkontribusi dalam membangun sektor pertanian yang lebih berkelanjutan. Di masa depan, dengan rencana konkret, perluasan ini akan terus menguntungkan Vietnam dan para mitranya.
Dari tanggal 9 hingga 14 Desember 2025, delegasi dari Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam mengunjungi dan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Kehutanan Angola. Kunjungan ini lebih menentukan, menyeluruh, dan substantif dibandingkan kesempatan sebelumnya. Sebagai tanggapan, Menteri Isaac Maria dos Anjos menyatakan komitmen yang kuat, menciptakan momentum baru untuk kerja sama bilateral. Angola terus menegaskan perannya sebagai mitra kunci dalam memperluas kerja sama Selatan-Selatan Vietnam di Afrika. Kedua belah pihak juga sepakat untuk memperkuat koordinasi, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan di bidang bahan baku kayu dan singkong.
Sumber: https://nongnghiepmoitruong.vn/khuyen-nong-viet-nam-gan-ket-hop-tac-nam--nam-d789046.html






Komentar (0)