Samsung Electronics – produsen cip memori dan ponsel pintar terbesar di dunia – tengah dikepung oleh para pesaing, baik besar maupun kecil, domestik maupun asing. Dalam hal cip AI, "sang raksasa" telah disalip oleh rekan senegaranya, SK Hynix.

SK Hynix, pembuat chip terbesar kedua di Korea Selatan, akan melampaui unit chip Samsung dalam laba operasi setahun penuh untuk pertama kalinya tahun ini, prediksi pialang.

Secara spesifik, laba operasi SK Hynix pada tahun 2024 dapat mencapai 23,48 triliun won, lebih tinggi dari Samsung sebesar 18 triliun won.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, laba operasional kedua pembuat chip tersebut masing-masing adalah 15,4 triliun won dan 12 triliun won.

pkexqugb.png
Laba operasional SK Hynix pada tahun 2024 diperkirakan akan melampaui divisi chip Samsung Electronics. Foto: Yonhap

SK Hynix mendominasi pasar chip memori bandwidth tinggi (HBM) yang digunakan dalam chip AI. Mereka adalah satu-satunya pemasok HBM untuk Nvidia.

Sementara itu, Samsung masih menunggu perusahaan semikonduktor terbesar di dunia untuk menyetujui kualitas chip HBM-nya.

Lee Jong-hwan, profesor teknik semikonduktor sistem di Universitas Sangmyung, berkomentar bahwa kerugian di segmen HBM dan pengecoran “sangat buruk.”

“Keputusan yang salah dari para eksekutif dianggap sebagai salah satu penyebab utama kesulitan saat ini,” ujarnya kepada Korea Herald.

Samsung mungkin akan menjalani perombakan besar-besaran personel akhir tahun ini, kata seorang sumber kepada surat kabar tersebut, seraya menambahkan bahwa perusahaan diperkirakan akan memberhentikan sekitar 30% eksekutifnya.

Di tengah lesunya penjualan chip, Samsung secara mengejutkan mengganti kepala divisi chipnya dengan seorang veteran berpengalaman, Wakil Presiden Jun Young-hyun, pada bulan Mei.

Bisnis chip diperkirakan akan menjalani putaran restrukturisasi berikutnya menyusul perubahan kepemimpinan, kata sumber.

Awal bulan ini, Tn. Jun mengeluarkan permintaan maaf yang jarang terjadi setelah melaporkan hasil bisnis awal yang lemah dan mengisyaratkan perombakan drastis terhadap personel dan struktur perusahaan.

"Banyak dari Anda membicarakan krisis Samsung. Seluruh tanggung jawab ada di tangan kami, para pelaku bisnis," ujar Bapak Jun dalam sebuah pernyataan.

Kepala pengecoran Choi Si-young dan kepala divisi chip logika, Presiden Park Yong-in, dikatakan kemungkinan akan digantikan dalam perombakan akhir tahun karena divisi tersebut melaporkan kerugian.

Dewan direksi Samsung Electronics pun tak terkecuali. Tiga dari empat direktur internalnya akan mengundurkan diri pada paruh pertama tahun depan, termasuk Direktur Keuangan Park Hark-kyu, kepala bisnis seluler Roh Tae-moon, dan Lee Jung-bae, direktur lain di bisnis chip memori.

Pada kuartal kedua, bisnis semikonduktor memiliki 438 direktur, mencakup 38% dari total 1.164 direktur Samsung, lebih dari dua kali lipat jumlah direktur SK hynix yang berjumlah 199.

Para ahli mengatakan Samsung juga harus merestrukturisasi budaya perusahaannya, yang sangat berfokus pada efisiensi operasional dan hasil langsung, sering kali mengorbankan kemajuan jangka panjang.

Hal ini mencegah perusahaan mencapai perluasan produksi yang diperlukan.

Menurut Profesor Lee, prioritas utama Samsung seharusnya adalah memastikan kepemimpinan teknis. Karena para pemimpin perlu menunjukkan efektivitas langsung, mereka sering kali mengambil keputusan berdasarkan manfaat jangka pendek.

Insinyur menciptakan ide-ide baru tanpa mempertimbangkan tingkat keberhasilan. Jika hanya 20 dari 100 unit yang berfungsi dengan baik, hal itu belum bisa disebut sukses.

Hwang Yong-sik, seorang profesor dari Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Sejong, menekankan bahwa perusahaan harus memberikan lebih banyak wewenang kepada para insinyur dan menunjuk ahli strategi untuk mengarahkan perusahaan ke arah yang benar.

"Dulu, Samsung berfokus pada penciptaan lingkungan yang kondusif bagi para insinyur. Kini, penting bagi perusahaan untuk menemukan arah yang tepat melalui sinergi yang tercipta antara para insinyur dan ahli strategi," ujar Hwang.

(Menurut Korea Herald, Yonhap)