Fluktuasi perdagangan global, terutama antara dua ekonomi terbesar dunia, AS dan China, menjadi salah satu topik utama pada Pertemuan Musim Gugur Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB), yang berlangsung di Washington DC, ibu kota AS.
Laporan IMF telah mengonfirmasi bahwa ketegangan perdagangan AS-Tiongkok berdampak besar pada arus perdagangan global. Oleh karena itu, pertemuan bilateral antara para pemimpin kedua negara di sela-sela konferensi APEC mendatang di Korea juga mendapat perhatian besar dari para analis. Dari Washington, tim Reporter Tetap Vietnam Television melakukan wawancara dengan Bapak Gregory B. Poling, seorang pakar dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengenai topik ini.
PV: Apa yang Anda harapkan dari hasil pertemuan penting ini?
Bapak Gregory B. Poling - Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) - AS : Saya tidak berharap terlalu banyak dari pertemuan ini. Sejak menjabat, Presiden Trump telah berulang kali mengatakan bahwa jika beliau dapat bertemu langsung dengan Presiden Xi Jinping, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan yang besar dan komprehensif yang dapat mengatasi kekhawatiran AS tentang kelebihan kapasitas dan defisit perdagangan.
Masalahnya, hanya sedikit ekonom yang meyakini kesepakatan semacam itu mungkin tercapai. Kedua belah pihak mungkin mencapai kesepakatan kecil, misalnya terkait TikTok atau kedelai, tetapi kemungkinan tercapainya kesepakatan besar rendah, karena Tiongkok harus melakukan perubahan struktural pada model dan program ekonominya yang telah diidentifikasi oleh Presiden Xi Jinping sebagai kunci masa depan ekonomi Tiongkok.
PV: Anda mengatakan bahwa untuk mencapai kesepakatan, Tiongkok harus menerima tuntutan AS, tetapi apakah menurut Anda pihak Tiongkok yakin bahwa struktur ekonomi mereka baik? Mereka telah berada di jalur yang benar selama bertahun-tahun dan tidak menerima tuntutan perubahan?
Bapak Gregory B. Poling - Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) - AS : Dari perspektif Tiongkok, saya pikir mereka telah menunjukkan bahwa mereka mampu melindungi kepentingan mereka. Mereka telah membatasi sementara ekspor beberapa mineral ke AS, dan Washington terpaksa memberikan konsesi. Tiongkok bersedia menanggung kerugian ekonomi yang lebih besar daripada Amerika.
Meskipun Beijing tidak menginginkan perang dagang, saya pikir para pemimpin Tiongkok merasa mereka memiliki pemahaman mengenai apa yang diinginkan pemerintahan Trump.
PV: Terima kasih atas wawancara ini!
Sumber: https://vtv.vn/ky-vong-giam-cang-thang-thuong-mai-my-trung-quoc-100251016170240462.htm
Komentar (0)