Persenjataan yang kini dimiliki Houthi telah mengejutkan Pentagon, Axios melaporkan pada 15 November. Dalam sebuah konferensi pertahanan di Washington awal pekan ini, Bill LaPlante, pembeli senjata utama Pentagon, mengatakan kemampuan kelompok tersebut "semakin menakutkan."
Kapal kargo Rubymar yang terdaftar di Inggris tenggelam setelah serangan pasukan Houthi di Laut Merah, 3 Maret 2024. (Foto: Getty Images)
Kelompok Houthi, yang menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, dan wilayah-wilayah penting di barat laut, telah mengganggu pengiriman di Laut Merah selama setahun terakhir dalam upaya untuk menekan Israel atas perangnya di Gaza.
"Apa yang dilakukan Houthi dalam enam bulan terakhir benar-benar mengejutkan saya," kata LaPlante, yang mengatakan bahwa pemberontak memiliki senjata yang semakin canggih, termasuk rudal yang mampu "melakukan hal-hal luar biasa."
Pada 12 November, pasukan Houthi mengumumkan keberhasilan serangan rudal terhadap kapal induk USS Abraham Lincoln di Laut Arab, serta serangan terhadap dua kapal perusak AS di Laut Merah. Operasi ini dilaporkan menggunakan rudal jelajah dan drone.
Pentagon mengumumkan keberhasilannya dalam mencegat drone dan rudal yang diluncurkan oleh pasukan Houthi, sekaligus menegaskan tidak ada kapal perang AS yang mengalami kerusakan. Selain itu, seorang juru bicara badan pertahanan AS mengatakan ia tidak memiliki informasi apa pun tentang serangan terhadap kapal induk USS Abraham Lincoln.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional, dengan pihak Houthi menggunakan kemajuan militer mereka untuk mengajukan tuntutan politik , seperti diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai “agresi Israel” di Lebanon.
AS menuduh Iran mendukung Houthi, tetapi Teheran membantah keterlibatan apa pun dan bersikeras bahwa kelompok itu beroperasi secara independen.
[iklan_2]
Sumber: https://vtcnews.vn/lau-nam-goc-soc-vi-kho-vu-khi-cua-houthi-ar907694.html
Komentar (0)