(CLO) Sementara India sedang mempersiapkan festival cahaya Hindu Diwali, kontroversi muncul lagi, karena hal ini memperburuk polusi udara negara tersebut.
Diwali, yang dirayakan pada tanggal 31 Oktober, adalah salah satu perayaan terpenting di India untuk merayakan kemenangan cahaya atas kegelapan, kebaikan atas kejahatan, dan membawa berkah, kebebasan, serta pencerahan. Selama festival ini, orang-orang akan bersosialisasi dan bertukar hadiah dengan keluarga dan teman, menyalakan petasan atau lampu minyak dan lilin di mana-mana untuk mengusir kegelapan malam.
Namun, festival tahunan ini dipenuhi dengan kekhawatiran mengenai polusi udara, karena petasan mengeluarkan asap beracun yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk dibersihkan.
Anak-anak menyalakan petasan selama perayaan Diwali di India. Foto: AP
Ibu kota New Delhi, salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di India, sangat terpengaruh oleh masalah tersebut dan sering diselimuti kabut asap abu-abu beracun sehari setelah Diwali.
Pihak berwenang di sana dan beberapa negara bagian lainnya telah melarang penggunaan dan penjualan kembang api sejak tahun 2017, meminta orang untuk memilih alternatif seperti kembang api yang ramah lingkungan atau pertunjukan cahaya.
Namun, aturan ini seringkali diabaikan. Petasan dapat dengan mudah dibeli di toko atau kios pinggir jalan. Beberapa warga New Delhi mengatakan larangan tersebut tidak akan banyak berpengaruh, sementara yang lain menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi polusi.
New Delhi dan beberapa kota di India utara biasanya mengalami tingkat polusi udara yang sangat tinggi dari Oktober hingga Januari, mengganggu aktivitas bisnis dan memaksa sekolah serta kantor tutup. Untuk mengendalikan kabut asap yang menyelimuti cakrawala, pihak berwenang telah menutup lokasi konstruksi, membatasi kendaraan diesel, dan mengerahkan meriam air serta pistol kabut asap.
Tahun ini, kabut asap tebal dan beracun mulai menyelimuti New Delhi. Pada 30 Oktober, pihak berwenang melaporkan angka AQI lebih dari 300, yang tergolong "sangat buruk".
Beberapa studi memperkirakan lebih dari satu juta orang India meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan polusi udara. Konsentrasi tinggi partikel halus dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk penyakit pernapasan kronis.
Polusi udara di New Delhi bukan hanya disebabkan oleh petasan. Emisi kendaraan bermotor, pembakaran jerami di negara bagian tetangga, dan debu konstruksi merupakan penyumbang utama polusi udara di ibu kota. Namun, para ahli kesehatan mengatakan asap dari petasan bisa lebih berbahaya.
"Asap yang dihasilkan petasan mengandung logam berat seperti sulfur, timbal, dan gas beracun seperti karbon monoksida, yang berbahaya bagi sistem pernapasan," kata Arun Kumar Sharma, profesor kedokteran masyarakat di New Delhi Medical College.
Ngoc Anh (menurut AP)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/le-hoi-phao-hoa-diwali-o-an-do-gay-tranh-cai-vi-o-nhiem-khong-khi-post319343.html
Komentar (0)