PFAS umumnya ditemukan dalam maskara dan banyak kosmetik lainnya.
The Guardian melaporkan pada tanggal 31 Januari bahwa Badan Perlindungan Lingkungan Selandia Baru mengatakan akan melarang bahan kimia permanen dalam kosmetik mulai tahun 2027, dan kemungkinan menjadi negara pertama yang menerapkan larangan ini.
Bahan kimia abadi seperti perfluoroalkil dan polifluoroalkil, yang dikenal sebagai PFAS, sering ditemukan dalam cat kuku, krim cukur, alas bedak, lipstik, dan maskara, membantu produk bertahan lama, menyatu, dan tahan air.
Mereka adalah kelompok sekitar 14.000 bahan kimia yang umumnya digunakan untuk membuat produk yang tahan terhadap air, noda, dan panas, yang dikenal sebagai "bahan kimia selamanya" karena hampir tidak dapat dihancurkan.
Karena hampir tidak dapat terurai secara hayati, mereka terakumulasi dalam tubuh dan penelitian telah menghubungkan mereka dengan kanker, kemandulan, dan kerusakan lingkungan.
Bahan kimia ini telah terdeteksi di sumber air minum, spons laut, air hujan dan air tanah, es laut, dan darah manusia.
"Kekhawatiran kami adalah zat-zat tersebut tidak terurai di dalam tubuh maupun di lingkungan. Ketika terakumulasi, zat-zat tersebut terkait dengan berbagai efek berbahaya, termasuk beberapa jenis kanker dan masalah hormonal," ujar pakar Shaun Presow dari Badan Perlindungan Lingkungan Selandia Baru, AFP, mengutip pernyataan tersebut.
"Forever Chemical" Sebabkan Polusi, 3M Corporation Habiskan $10 Miliar untuk Penyelesaian
Industri kosmetik Selandia Baru memiliki waktu hingga 31 Desember 2026 untuk menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut. Selandia Baru juga akan melarang penggunaan FPAS dalam busa pemadam kebakaran mulai Desember 2025.
Beberapa negara bagian AS memiliki kebijakan untuk melindungi orang-orang dari PFAS, dan Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk melarang bahan kimia selamanya ini.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)