Menurut kantor berita Reuters, pada 18 Januari, kepala jaksa agung negara bagian Iowa (AS), Brenna Bird, menggugat TikTok dan perusahaan induknya ByteDance, menuduh platform berbagi video ini menyesatkan orang tua, menyebabkan anak-anak mereka mengakses konten yang tidak pantas di aplikasi tersebut tanpa sepengetahuan mereka.
Ibu Bird mengatakan sudah saatnya untuk meninjau TikTok karena banyaknya misinformasi di jejaring sosial itu tentang konten narkoba, ketelanjangan, alkohol, dan kata-kata kotor.
Gugatan tersebut menuntut sanksi finansial dan perintah pengadilan untuk mencegah TikTok mengulangi praktik penipuan tersebut. Bird juga menuntut TikTok untuk memperbaiki pernyataan pembatasan usia dan memberikan kompensasi kepada konsumen Iowa atas kerugian yang ditimbulkannya.
TikTok sendiri menegaskan bahwa platformnya "telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi kaum muda", termasuk menerapkan kontrol orang tua dan batasan waktu bagi pengguna di bawah usia 18 tahun. Pengumuman TikTok menekankan: "Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan dan akan terus memprioritaskan keselamatan masyarakat."
Ini adalah gugatan terbaru di AS terhadap TikTok. Seperti banyak perusahaan media sosial lainnya, TikTok menghadapi tekanan dari regulator di seluruh dunia untuk melindungi anak-anak dari konten berbahaya. Negara bagian Arkansas dan Utah di AS juga telah mengajukan gugatan serupa. Seorang hakim di Indiana menolak gugatan TikTok pada November 2023, sementara negara bagian lain sedang menyelidikinya.
Sesuai rencana, pada tanggal 31 Januari, CEO TikTok Shou Zi Chew akan bergabung dengan CEO perusahaan media sosial lainnya untuk bersaksi di hadapan Komite Kehakiman Senat AS atas tuduhan eksploitasi konten seksual anak.
SELATAN
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)