Selandia Baru akan membutuhkan waktu yang “lama” untuk membuat keputusan mengenai kerja sama masa depan dengan aliansi AUKUS.
Menteri Luar Negeri Selandia Baru mengatakan pemerintah masih melakukan "diskusi pengumpulan informasi" mengenai kerja sama di masa mendatang dengan aliansi AUKUS. (Sumber: KBS) |
Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan pada 1 Mei bahwa pemerintah masih melakukan "diskusi pengumpulan informasi" tentang kerja sama masa depan dengan aliansi AUKUS, tetapi akan membutuhkan "waktu lama" untuk membuat keputusan mengenai masalah ini.
Tn. Peters menjelaskan bahwa Selandia Baru perlu lebih memahami peluang kolaborasi potensial dengan AUKUS di sektor teknologi, mempertimbangkan manfaat ekonomi dan keamanan, serta memutuskan apakah hal itu sesuai dengan kepentingan nasional.
"Pemerintah akan membutuhkan waktu yang lama sebelum mengambil keputusan seperti itu," ujar Peters dalam pidatonya di Institut Urusan Internasional Selandia Baru di Wellington. "Kami ingin menekankan bahwa sungguh tidak bertanggung jawab jika pemerintah mana pun tidak mempertimbangkan kepentingan nasional untuk bekerja sama dengan mitra yang sepaham dalam kemajuan teknologi."
AUKUS adalah pakta pertahanan dua fase yang ditandatangani oleh AS, Inggris, dan Australia pada tahun 2021 sebagai bagian dari upaya untuk melawan pengaruh China yang semakin besar di kawasan Asia -Pasifik .
Tahap pertama, atau “pilar” pertama, AUKUS dirancang untuk menyediakan kapal selam serang bertenaga nuklir bagi Australia, sementara pilar kedua berfokus pada penyediaan kemampuan canggih dan berbagi teknologi di berbagai domain.
Tidak ada indikasi bahwa Selandia Baru – negara yang dalam kurun waktu panjang dalam sejarahnya tidak memiliki senjata nuklir – akan bergabung dengan fase pertama.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)