"Bahkan negara-negara yang tidak bersahabat pun harus mengatakan bahwa apa yang disebut batas harga tertinggi untuk minyak Rusia tidak berhasil. Lebih dari 99% minyak diperdagangkan di atas batas harga tertinggi $60 per barel," ujar Vladimir Furgalsky, seorang pejabat di Kementerian Energi Rusia, dalam sebuah diskusi meja bundar di Senat Rusia.
Pada Desember 2022, Uni Eropa, negara-negara G7, dan Australia memutuskan untuk memberlakukan batasan harga minyak Rusia guna membatasi sumber daya keuangan Moskow. Langkah ini melarang perusahaan menyediakan layanan maritim seperti asuransi, pembiayaan, dan transportasi untuk minyak Rusia yang dijual dengan harga di atas $60 per barel.
Rusia masih dapat menjual sebagian besar produksi minyaknya di atas batas harga $60/barel yang diberlakukan oleh Barat pada akhir tahun 2022. (Foto: Reuters)
Menyusul tindakan tersebut, Rusia telah memangkas ekspor minyak dan produk minyak karena kesulitan dalam menemukan kapal yang cukup untuk mengangkut seluruh hasil produksinya.
Namun, Rusia telah berupaya mengirimkan sebagian besar ekspor minyaknya ke pengirim asing atau non-Barat yang tidak memerlukan asuransi dari Barat.
Bank negara Rusia VEB memperkirakan bahwa total ekspor minyak negara itu diperkirakan mencapai 242 juta ton pada tahun 2023, turun sedikit dari 248 juta ton pada tahun 2022.
Juga menurut perkiraan VEB pada tahun 2024, ekspor minyak Rusia akan mengalami sedikit perubahan, tetap di angka 241 juta ton.
Ekspor gas pipa Rusia ke Eropa akan terus menurun tajam - menjadi 16 miliar meter kubik pada tahun 2023, kata Andrei Klepach, kepala ekonom di VEB.
“Dan ekspor tidak akan pulih sampai hubungan kita berubah total, tetapi itu pasti masih jauh di masa depan,” ujar Bapak Klepach.
Rusia menyumbang sekitar 10% pasokan minyak dunia. Sejak Maret, Moskow telah memutuskan untuk mengurangi produksi sebesar 500.000 barel per hari, setara dengan 5% dari total produksi minyak, sebagai respons terhadap mekanisme pagu harga Barat.
Kong Anh (Sumber: Reuters)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)