Dengan sekitar 70.000 orang tewas, banyak yang terluka, ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan seluruh wilayah rata dengan tanah, tugas membangun kembali Gaza tampaknya di luar imajinasi.
Namun, di beberapa tempat di mana situs bersejarah paling berharga di daerah kantong itu telah rusak parah, warga Gaza sibuk menggunakan beliung dan sekop, mencoba menggali sisa-sisa masa lalu.
Di antaranya adalah situs budaya terpenting Gaza, Masjid Agung Omari di Kota Tua Gaza, yang diserang pasukan Israel, menghancurkan apa yang mereka sebut sebagai terowongan di bawah kompleks yang digunakan oleh militan. Warga Palestina mengatakan tidak ada tanda-tanda terowongan semacam itu di sana, dan menyalahkan Israel atas penghancuran warisan agama dan budaya di wilayah tersebut.

"Jika Israel percaya bahwa dengan menghancurkan bangunan-bangunan ini mereka dapat menghapus sejarah masyarakat di sini, mereka keliru," kata Hamuda al-Dahdar, seorang arsitek dan pakar warisan di Pusat Pelestarian Budaya yang berbasis di kota Betlehem, Tepi Barat, dan sekarang bekerja di Gaza untuk mencoba menyelamatkan monumen-monumen yang hancur akibat perang.
“Bangunan-bangunan ini merupakan representasi memori kolektif sebuah bangsa kuno, sebuah bangsa yang harus dilestarikan, dan kita harus bersatu dalam upaya melindunginya,” ujarnya.
Pejabat Palestina dan UNESCO sedang mempersiapkan rencana restorasi tiga tahap dengan biaya awal $133 juta untuk situs bersejarah tersebut, kata Jehad Yasin, wakil menteri pariwisata dan barang antik Palestina yang berkedudukan di Tepi Barat.
Prioritasnya adalah melakukan intervensi cepat untuk menopang struktur yang berisiko runtuh tanpa dukungan. Namun, sumber daya di Gaza terbatas dan biaya material penggalian dan restorasi telah melonjak, tambah Bapak Yasin.
Sumber: https://congluan.vn/nguoi-dan-gaza-gap-rut-bao-ton-di-san-van-hoa-bi-hu-hai-trong-chien-tranh-10320365.html






Komentar (0)