1. Hanya peserta jaminan sosial wajib yang berhak memperoleh tunjangan cuti sakit.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Asuransi Sosial Tahun 2014, rezim asuransi sosial diatur sebagai berikut:
- Asuransi sosial wajib mempunyai rezim sebagai berikut:
+ Sakit;
+ Bersalin;
+ Kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja;
+ Pensiun;
+ Kematian.
- Asuransi sosial sukarela mempunyai rezim sebagai berikut:
+ Pensiun;
+ Kematian.
- Asuransi pensiun tambahan sebagaimana ditentukan oleh Pemerintah .
Dengan demikian, menurut peraturan, peserta asuransi sosial sukarela berhak atas dua rezim: pensiun dan kematian. Rezim sakit yang baru hanya berlaku bagi peserta asuransi sosial wajib.
2. Syarat-syarat untuk mendapatkan manfaat cuti sakit
Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014 mengatur ketentuan mengenai syarat-syarat untuk memperoleh manfaat cuti sakit sebagai berikut:
- Sakit atau kecelakaan yang bukan merupakan kecelakaan kerja dan memerlukan izin tidak masuk kerja serta telah memperoleh izin dari tempat pemeriksaan dan pengobatan yang berwenang sesuai ketentuan Kementerian Kesehatan .
Apabila terjadi sakit atau kecelakaan yang mengakibatkan karyawan tidak dapat masuk kerja karena menyakiti diri sendiri, mabuk atau menggunakan narkoba atau prekursor narkoba sebagaimana dimaksud dalam daftar yang ditetapkan Pemerintah, maka karyawan tidak berhak atas cuti sakit.
- Harus mengambil cuti kerja untuk merawat anak yang sakit di bawah usia 7 tahun dan memiliki konfirmasi dari fasilitas medis yang kompeten.
3. Tingkat manfaat sakit
- Pegawai yang menerima santunan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Angka 1 dan Angka 2 huruf a, Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014, memperoleh santunan sebesar 75% dari gaji pokok peserta jaminan sosial pada bulan sebelum cuti sakit.
Dalam hal karyawan baru saja mulai bekerja atau karyawan sebelumnya telah membayar asuransi sosial, kemudian mengalami gangguan kerja dan harus mengambil cuti sakit pada bulan pertama kembali bekerja, tingkat manfaatnya sama dengan 75% dari gaji asuransi sosial bulan itu.
- Pegawai yang tetap menikmati hak cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Ayat (2) huruf b Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014, memperoleh manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Ayat (1) huruf b, dengan ketentuan sebagai berikut:
+ Setara dengan 65% dari gaji asuransi sosial pada bulan sebelum cuti jika premi asuransi sosial telah dibayarkan selama 30 tahun atau lebih;
+ Sebesar 55% dari gaji jaminan sosial bulan sebelum cuti, apabila iuran jaminan sosial telah dibayarkan selama 15 tahun sampai dengan kurang dari 30 tahun;
+ Setara dengan 50% dari gaji asuransi sosial pada bulan sebelum meninggalkan pekerjaan jika asuransi sosial telah dibayarkan kurang dari 15 tahun.
- Pegawai penerima tunjangan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014, memperoleh santunan sebesar 100% dari gaji pokok jaminan sosial bulan sebelumnya.
- Manfaat cuti sakit harian dihitung dengan membagi manfaat cuti sakit bulanan dengan 24 hari.
(Pasal 28 UU Jaminan Sosial Tahun 2014)
4. Manfaat cuti sakit
- Lamanya waktu maksimal untuk menikmati cuti sakit dalam satu tahun bagi pegawai sebagaimana dimaksud pada butir a, b, c, d, dan h Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014 dihitung berdasarkan hari kerja, tidak termasuk hari libur, hari libur Tet, dan hari libur mingguan, dengan ketentuan sebagai berikut:
+ Bekerja dalam kondisi normal, Anda berhak memperoleh 30 hari jika Anda telah membayar asuransi sosial kurang dari 15 tahun; 40 hari jika Anda telah membayar mulai 15 tahun hingga kurang dari 30 tahun; 60 hari jika Anda telah membayar selama 30 tahun atau lebih;
+ Melakukan pekerjaan atau jabatan yang tergolong berat, beracun, berbahaya atau sangat berat, beracun, berbahaya yang tercantum dalam daftar yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja - Penyandang Disabilitas dan Sosial , Kementerian Kesehatan atau bekerja di tempat dengan koefisien tunjangan regional 0,7 atau lebih tinggi, berhak memperoleh waktu 40 hari apabila telah membayar iuran asuransi sosial kurang dari 15 tahun; 50 hari apabila telah membayar iuran mulai 15 tahun sampai dengan kurang dari 30 tahun; dan 70 hari apabila telah membayar iuran selama 30 tahun atau lebih.
- Pegawai yang mengambil cuti karena sakit yang termasuk dalam Daftar Penyakit yang Memerlukan Perawatan Jangka Panjang yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, berhak memperoleh manfaat cuti sakit sebagai berikut:
+ Maksimum 180 hari termasuk hari libur, hari libur Tet, dan hari libur mingguan;
+ Apabila jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada huruf a Pasal ini berakhir dan pengobatan tetap dilanjutkan, maka manfaat cuti sakit tetap dibayarkan dengan jumlah yang lebih rendah, tetapi jangka waktu manfaat maksimal sama dengan jangka waktu kepesertaan jaminan sosial.
- Jangka waktu memperoleh manfaat cuti sakit bagi pegawai sebagaimana dimaksud dalam huruf d ayat 1 pasal 2 Undang-Undang Jaminan Sosial Tahun 2014 didasarkan pada masa perawatan di tempat pemeriksaan dan pengobatan kesehatan yang berwenang.
(Pasal 26 UU Jaminan Sosial Tahun 2014)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)