Sebuah tim peneliti dari Sakana AI Company di Tokyo (Jepang) dan laboratorium akademik di Kanada dan Inggris baru saja mengembangkan AI Scientist - sebuah sistem kecerdasan buatan yang mampu melakukan seluruh siklus penelitian ilmiah.
Sistem dapat membaca dokumen yang ada, membuat hipotesis, menguji solusi, menulis laporan, dan bahkan mengevaluasi hasilnya sendiri.
Saat ini, ilmuwan AI hanya dapat melakukan penelitian di bidang pembelajaran mesin dan belum dapat melakukan pekerjaan laboratorium. Gerbrand Ceder, ilmuwan material di Lawrence Berkeley National Laboratory (AS), mengatakan bahwa masih ada jalan panjang dari hipotesis AI hingga penerapannya sebagai "ilmuwan robot" yang sesungguhnya.
Kemunculan AI Scientist menimbulkan pertanyaan tentang peran kecerdasan buatan dalam penelitian ilmiah modern. Terlepas dari keterbatasannya, AI Scientist menjanjikan untuk membantu mengotomatiskan aspek-aspek penelitian yang "berulang", sehingga memungkinkan para ilmuwan untuk berfokus pada ide-ide yang lebih inovatif.
MUTIARA
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/nha-khoa-hoc-ai-post757057.html
Komentar (0)