Pada tanggal 14 Agustus, banyak negara Arab secara serentak menyuarakan pendapat mereka tentang pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai gagasan "Israel Raya," dengan alasan bahwa hal itu mengancam kedaulatan negara mereka dan perdamaian regional.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan i24NEWS pada 12 Agustus, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan dukungan penuhnya untuk visi "Israel Raya" dan menganggap memastikan kelangsungan hidup Israel sebagai misi yang sangat penting.
Konsep ini berasal dari interpretasi Alkitab tentang wilayah kekuasaan Salomo, yang meliputi Jalur Gaza dan Tepi Barat saat ini, ditambah sebagian wilayah Yordania, Lebanon, dan Suriah.
Menanggapi pernyataan Perdana Menteri Netanyahu, Yordania menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya yang mengancam kedaulatan negara. Mesir menuntut klarifikasi dari Israel mengenai pernyataan tersebut, dengan alasan bahwa hal itu sama dengan penolakan terhadap opsi damai.
Irak, Qatar, dan Arab Saudi juga mengecam keras ambisi Israel yang tidak masuk akal, dan menyerukan penghormatan terhadap hak Palestina untuk mendirikan negara merdeka.
Dalam perkembangan lain, pada hari yang sama, Channel 12 Israel melaporkan bahwa Direktur Mossad David Barnea telah tiba di Doha, Qatar, untuk mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengenai gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Menurut sumber-sumber Mesir, delegasi Hamas juga berada di Kairo untuk membahas gencatan senjata dan rekonsiliasi internal Palestina.
Sumber: https://hanoimoi.vn/nhieu-quoc-gia-arab-da-dong-loat-len-tieng-ve-khai-niem-dai-israel-712679.html






Komentar (0)