“Pintu terang” untuk ekspor beras terus terbuka
Menurut para eksportir beras, Indonesia merupakan importir beras terbesar kedua dari Vietnam. Negara ini saat ini mengalami kekurangan beras selama 9 bulan berturut-turut akibat produksi dalam negeri yang lebih rendah daripada permintaan, sehingga mendorong harga eceran beras domestik berkualitas tinggi hingga 1,16 dolar AS/kg, melampaui harga tertinggi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 0,9 dolar AS/kg. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia telah mengizinkan peningkatan impor beras untuk "mendinginkan" harga beras domestik.
Bapak Vu Tuan Anh, Chairman GLE Company, mengatakan bahwa pada tanggal 25 Maret 2024, Badan Usaha Milik Negara (BULOG) mengumumkan lelang internasional ketiga di tahun 2024 untuk membeli 300.000 ton beras pecah 5%. Pada pagi hari tanggal 27 Maret, Bulog mengumumkan pemenang lelang dan Vietnam memenangkan 108.000 ton beras dalam paket lelang ini.
"Total kuota impor beras Indonesia pada tahun 2024 mencapai 3,6 juta ton, suatu jumlah yang tidak sedikit. Dalam 3 bulan pertama tahun 2024 saja, Bulog telah membuka 3 paket lelang untuk membeli total 1,1 juta ton beras dari total 3,6 juta ton beras yang diperkirakan akan diimpor pada tahun 2024. Hal ini menciptakan peluang bagi ekspor beras Vietnam untuk terus berkembang pesat," ujar Bapak Vu Tuan Anh.
Filipina juga merupakan importir besar beras Vietnam. Mengutip informasi dari Departemen Produksi Tanaman Filipina, Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) menyatakan bahwa negara tersebut mengimpor lebih dari 793.753 ton beras. Di antaranya, Vietnam merupakan pemasok utama dengan lebih dari 431.846 ton (Thailand berada di peringkat kedua dengan lebih dari 210.127 ton).
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi beras Filipina mencapai 12,125 juta ton, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, ini masih merupakan pasar potensial bagi ekspor beras Vietnam, tambah Bapak Vu Tuan Anh.
Pasokan ekspor beras Vietnam melimpah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru-baru ini diumumkan, produksi beras musim dingin-semi di Delta Mekong meningkat sebesar 126 ribu ton (naik 1,1%); di antaranya produksi beras musim dingin-semi diperkirakan mencapai 10,7 juta ton, naik 65 ribu ton (naik 0,6%); produksi beras musim panas-semi diperkirakan mencapai 974 ribu ton, naik 60 ribu ton (naik 6,6%). Angka ini cukup besar mengingat produksi beras musim dingin-semi di Delta Mekong menyumbang lebih dari 50% produksi beras musim dingin-semi nasional. Pasokan yang melimpah telah sedikit menurunkan harga beras.
Seorang eksportir beras di Long An (yang meminta untuk tidak disebutkan namanya) mengatakan: "Vietnam dan Thailand sama-sama sedang berada di puncak musim panen, dengan sumber daya beras yang melimpah, sehingga para pedagang terpaksa menurunkan harga beras. Hal ini memudahkan eksportir beras, karena saat ini harga ekspor sebagian besar negara sedang menurun."
Menurunkan harga ekspor akan memudahkan persaingan karena saat ini harga ekspor beras Vietnam merupakan yang terendah di antara tiga negara pengekspor beras tradisional (Vietnam, Thailand, dan Pakistan. India saat ini masih menghentikan sementara ekspor beras putih).
Menurut Asosiasi Pangan Vietnam (VFA), harga ekspor beras Vietnam minggu ini turun sebesar 5 dolar AS/ton. Dengan demikian, beras pecah 5% diekspor dengan harga 577 dolar AS/ton; beras pecah 25% diekspor dengan harga 558 dolar AS/ton; dan beras pecah 25% ditawarkan dengan harga 478 dolar AS/ton.
"Beras pecah 5% adalah jenis beras ekspor yang paling populer. Jenis beras Vietnam ini saat ini harganya 4 USD/ton lebih rendah daripada beras Thailand jenis yang sama dan 24 USD/ton lebih rendah daripada beras Pakistan, yang akan menciptakan peluang bagi beras Vietnam di meja perundingan," ujar Bapak Vu Tuan Anh.
Menurut Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, dalam 3 bulan pertama tahun 2024, ekspor beras mencapai 1,37 miliar dolar AS, dengan kuantitas 2,07 juta ton, naik 40% secara nilai dan 12% secara volume. Harga ekspor beras rata-rata mencapai 661 dolar AS/ton, naik 5%.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)