Hal ini bukan saja merupakan kebahagiaan dan kebanggaan besar bagi masyarakat Thailand, tetapi juga merupakan pengakuan yang layak atas usaha para perajin yang bekerja siang dan malam untuk melestarikan dan mengembangkan kerajinan tradisional yang unik ini.
Di tengah kedamaian desa-desa dataran tinggi, suara alat tenun yang familiar masih bergema setiap hari – bagaikan napas budaya masyarakat Thailand. Di daerah pegunungan seperti Tuong Duong, Que Phong, Quy Chau… menenun brokat bukan hanya mata pencaharian, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat.
Ibu Luong Thi Lan dari Desa Mac, Kota Thach Giam, Distrik Tuong Duong dikenal sebagai salah satu orang yang sangat terampil dalam memintal dan menenun. Foto: Dinh Tuan
Sejak kecil, gadis-gadis Thailand diajari oleh nenek dan ibu mereka cara memintal, menggulung, mewarnai, menenun pola, dan menyulam. Pola-pola rumit yang meniru matahari, pola zig-zag, bunga, hewan, dll. pada kain merupakan bukti kekayaan imajinasi dan keterampilan tangan perempuan Thailand. Setiap helai brokat yang telah selesai merupakan kristalisasi kesabaran, ketekunan, kecintaan mendalam terhadap pegunungan dan hutan, serta kebanggaan terhadap identitas budaya nasional.
Pengrajin Luong Thi Lan, di Desa Mac, Kota Thach Giam, Distrik Tuong Duong, adalah salah satu dari mereka yang telah lama berkecimpung di dunia tenun. Setelah lebih dari 55 tahun menekuni kerajinan ini, ia masih mengingat setiap langkah yang diajarkan ibunya sejak kecil. Ibu Lan bercerita: “Dulu, setiap rumah memiliki alat tenun. Gadis-gadis Thailand harus tahu cara menenun sebelum menikah. Saya tetap melestarikan kerajinan ini hingga sekarang, bukan untuk bisnis, tetapi karena saya ingin melestarikan jiwa bangsa. Mendengar bahwa kerajinan tenun brokat masyarakat Thailand di Nghe An diakui sebagai warisan budaya tak benda nasional, saya sangat bahagia. Dengan begitu, generasi mendatang akan lebih memahami dan menghargai warisan leluhur mereka.”
Tak hanya terus melestarikan kerajinan ini, Ibu Lan juga aktif mengajarkan teknik menenun brokat kepada generasi muda. Hingga kini, beliau telah mengajarkan kerajinan ini kepada 764 orang, banyak di antaranya telah menjadi pengrajin dan terus mewariskannya kepada generasi berikutnya. Sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi besar beliau dalam melestarikan dan mempromosikan kerajinan tradisional ini, Komite Rakyat Distrik Tuong Duong telah menyusun berkas untuk mengusulkan kepada Presiden agar menganugerahkan gelar Pengrajin Berjasa di bidang warisan budaya takbenda.
Tidak hanya Ibu Lan, banyak pengrajin tua di desa-desa dataran tinggi juga mencoba mengajarkan profesi mereka kepada generasi muda, meskipun kehidupan modern membawa banyak tantangan dalam melestarikan nilai-nilai tradisional.
Ibu Vi Thi Lien, 75 tahun, di Desa Can, Kecamatan Tam Thai, Kabupaten Tuong Duong, bercerita: “Hanya sedikit anak muda saat ini yang cukup sabar untuk menekuni profesi ini. Namun, saya masih berusaha mengajarkannya kepada anak, cucu, dan cicit saya. Saya mengajar secara gratis di desa, mulai dari cara memintal benang, memegang shuttlecock, mencocokkan warna, hingga menenun pola... Mendengar tenun brokat diakui sebagai warisan budaya takbenda nasional, saya terharu hingga menitikkan air mata.”
Meski usianya sudah lanjut, Ibu Vi Thi Lien tetap bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaannya. Foto: Dinh Tuan
Mewakili generasi muda perajin, Ibu Vi Thi Hien (Desa Can, Kecamatan Tam Thai, Tuong Duong) meskipun belum lama berkecimpung di profesi ini, semangat dan keinginannya untuk melestarikan dan mewariskan profesi ini tak kalah besar dari para tetua. Ia mengaku: "Diakui sebagai warisan budaya merupakan kesempatan besar untuk mempromosikan brokat Thailand lebih luas lagi. Gelar ini bagaikan angin segar, semoga akan ada lebih banyak kebijakan pendukung agar profesi ini tidak hanya eksis, tetapi juga berkembang pesat."
Produk-produk canggih diciptakan oleh tangan-tangan terampil perempuan Thailand. Foto: Dinh Tuan
Dimasukkannya kerajinan tenun brokat Thailand di Nghe An ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional merupakan tonggak penting, tetapi juga mengandung banyak tanggung jawab. Pelestarian warisan tidak hanya tentang melestarikan teknik dan pola, tetapi juga tentang melindungi lingkungan budaya, sumber daya alam, dan terutama melatih generasi perajin berikutnya. Kursus pelatihan masyarakat, dukungan dari pemerintah daerah dalam promosi, pembangunan merek, dan koneksi pasar akan menjadi solusi praktis. Memasukkan brokat ke dalam produk pariwisata dan menyelenggarakan ruang pengalaman menenun brokat juga merupakan arah yang menjanjikan.
Busana Thailand membantu menghargai keindahan dan pesona budaya perempuan Thailand. Foto: Dinh Tuan
Setiap brokat bukan hanya produk buatan tangan, tetapi juga jiwa masyarakat Thailand – sebuah warisan hidup yang dilestarikan dengan saksama. Penghargaan hari ini merupakan rasa terima kasih yang mendalam kepada para perajin – mereka yang telah, sedang, dan akan terus "menjaga api" agar warna brokat Thai Nghe An tetap abadi.
Sumber: https://baonghean.vn/nhung-nghe-nhan-gop-phan-dua-det-tho-cam-cua-nguoi-thai-nghe-an-thanh-di-san-quoc-gia-10299682.html
Komentar (0)