Sejak pukul 06.30, perahu kecil milik Pak Do Van Lan (lahir tahun 1954), bersama rekan-rekannya, meninggalkan dermaga dan berputar-putar di sepanjang jalur perairan yang familiar. Ritme kerja mereka stabil, hampir tanpa jeda: ada yang mengamati, ada yang memegang jaring, ada yang mengemudikan perahu…

Pak Lan baru dua tahun bekerja di pekerjaan ini, sementara kedua rekannya telah bekerja bersamanya masing-masing selama empat tahun dan hampir sepuluh tahun. Mereka tidak banyak bicara di atas kapal; biasanya hanya suara mesin dan deburan ombak, karena fokus mereka tertuju pada air. Setiap kali melihat sampah yang mengapung, Pak Lan berdiri kokoh di haluan, dengan cepat dan terampil menurunkan jaring panjangnya, menyendoknya, dan membuangnya ke tempat sampah. Sampah yang terkumpul langsung dipilah di dek, dibagi ke dalam tempat sampah yang telah ditentukan, lalu dibawa ke darat di penghujung hari.


Pak Lan bercerita: "Kami menggunakan jaring untuk mengumpulkan dan memilah sampah, lalu membawanya ke darat untuk diproses dengan benar. Pekerjaan ini berat. Kadang-kadang sampah menumpuk begitu banyak sampai tangan saya pegal-pegal, dan matahari terik. Tapi setelah mengumpulkannya, saya merasa lega."


Bapak Pham Van Son (lahir tahun 1958) adalah pengemudi perahu. Pekerjaannya mungkin tampak mudah, tetapi membutuhkan konsentrasi yang konstan: mengamati, menjaga perahu tetap stabil agar orang di depan dapat mengoperasikannya, dan secara proaktif menavigasi berdasarkan setiap gugusan puing yang mengapung. Saat matahari terik dan air menyilaukan, melihat puing-puing menjadi semakin sulit. "Mengemudikan perahu membutuhkan konsentrasi yang konstan, menjaga stabilitas perahu, dan penglihatan yang tajam," kata Bapak Son.

Mereka menyelesaikan shift pagi sekitar pukul 11.00, beristirahat sejenak, lalu memulai putaran baru pembersihan air di sore hari. Pekerjaan ini berulang setiap hari, hampir tanpa perubahan. Namun berkat hal ini, air tetap jernih dan indah alami.

Matahari terbenam, kapal kembali ke pelabuhan, tetapi esok hari perjalanan akan dimulai lagi. Mereka adalah "pahlawan" tanpa jubah, tetapi dengan tangan dan kesabaran mereka, mereka telah melestarikan keindahan laut. Dan mungkin, yang paling mereka dambakan bukanlah pujian, melainkan melihat semakin sedikit sampah di permukaan laut. Agar birunya Teluk Ha Long tetap biru selamanya, dan agar beban di pundak mereka dapat berkurang.
Sumber: https://baoquangninh.vn/nhung-nguoi-hung-giu-gin-mau-xanh-bien-ca-3387728.html










Komentar (0)