Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Bom Perang Dunia II menjadi semakin eksplosif.

VnExpressVnExpress28/03/2024

[iklan_1]

Bom yang mengandung senyawa Amatol dari beberapa dekade lalu menjadi lebih berbahaya karena zat tersebut menjadi lebih sensitif terhadap benturan.

Sebuah Boeing B-17 Flying Fortress AS menjatuhkan bom di pabrik minyak sintetis dan kimia Ludwigshafen di Jerman selama Perang Dunia II. Foto: Everett Collection

Sebuah Boeing B-17 Flying Fortress AS menjatuhkan bom di pabrik minyak sintetis dan kimia Ludwigshafen di Jerman selama Perang Dunia II. Foto: Everett Collection

Bumi memiliki jutaan ton bom dan ranjau, terutama dari dua perang dunia yang terjadi di abad ke-20. Meskipun sebagian besarnya terkubur dan terlupakan selama beberapa dekade, penelitian terbaru oleh tim ilmuwan dari Universitas Oslo dan Universitas Stavanger (Norwegia) menunjukkan bahwa banyak bom mengandung zat kimia yang membuatnya lebih mudah meledak seiring waktu, lapor IFL Science pada 27 Maret. Penelitian baru ini dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science.

Bahan kimia tersebut adalah Amatol, bahan yang sangat mudah meledak yang terbuat dari campuran TNT dan amonium nitrat, digunakan dalam banyak jenis persenjataan yang dikembangkan untuk Perang Dunia I dan Perang Dunia II, termasuk bom pesawat, peluru artileri, bom kedalaman, dan ranjau laut.

Bahan peledak umum lainnya, seperti trinitrotoluena murni (TNT) atau pentaeritritol tetranitrat (PETN), tetap relatif stabil seiring waktu dan tidak menjadi lebih berbahaya daripada sebelumnya. Namun, Amatol tampaknya menjadi lebih rentan terhadap kerusakan seiring waktu jika disimpan dalam kondisi tertentu.

Dalam serangkaian eksperimen baru, tim Norwegia menjatuhkan beban pada lima sampel bahan peledak Amatol yang dikumpulkan dari medan perang. Hasilnya menunjukkan bahwa bom-bom tersebut lebih sensitif terhadap benturan dan semakin tidak stabil. Perubahan sifat ini kemungkinan disebabkan oleh cara Amatol bereaksi dengan bahan kimia lain di lingkungan alami.

Studi ini mengungkapkan bahwa keberadaan kelembapan, di antara faktor-faktor lainnya, dapat berkontribusi pada peningkatan sensitivitas terhadap efek Amatol. Campuran bahan peledak yang mengandung amonium nitrat dapat menjadi sensitif ketika terkontaminasi dengan sejumlah kecil logam, atau ketika bersentuhan dengan logam. Kontaminan logam ini dapat bereaksi secara kimia dengan amonium nitrat, membentuk garam kompleks dan membuat campuran tersebut sensitif," jelas tim tersebut.

Bom Perang Dunia II yang belum meledak bukanlah hal yang jarang terjadi. Bulan lalu, sebuah bom Jerman seberat 500 kg ditemukan di halaman belakang sebuah rumah di Plymouth, Inggris. Lebih dari 100 tentara dan ahli bom merespons kejadian tersebut, sementara 10.000 penduduk di sekitarnya dievakuasi. Untungnya, bom tersebut berhasil ditampung dengan aman tanpa ada yang terluka. Namun, pada tahun 2008, 17 orang terluka di sebuah lokasi konstruksi di kota Hattingen, Jerman, ketika sebuah ekskavator melindas sebuah bom Perang Dunia II seberat 250 kg, yang menyebabkannya meledak.

Penelitian baru menunjukkan bahwa insiden yang melibatkan persenjataan yang belum meledak dapat menjadi semakin serius. Tim juga menekankan bahwa mereka yang bertanggung jawab menangani persenjataan yang belum meledak harus diinformasikan tentang meningkatnya sensitivitas terhadap Amatol seiring waktu.

Thu Thao (Menurut Ilmu Pengetahuan IFL )


[iklan_2]
Tautan sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Sawah terasering yang sangat indah di lembah Luc Hon
Bunga 'kaya' seharga 1 juta VND per bunga masih populer pada tanggal 20 Oktober
Film Vietnam dan Perjalanan Menuju Oscar
Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk