1. Kasus-kasus dimana Anda harus mengurangi kecepatan kendaraan ketika berpartisipasi dalam lalu lintas
Sesuai dengan Pasal 5 Surat Edaran Nomor 31/2019/TT-BGTVT, pengemudi kendaraan bermotor yang ikut serta dalam lalu lintas jalan raya wajib mengurangi kecepatan agar dapat berhenti dengan aman pada keadaan sebagai berikut:
- Ada rambu peringatan bahaya atau rintangan di jalan;
- Perubahan arah kendaraan atau jarak pandang terbatas;
- Melalui perlintasan sebidang; perlintasan sebidang dengan rel kereta api; bundaran; jalan berkelok-kelok, lintasan curam; ruas jalan yang permukaannya sempit dan tidak rata;
- Menyeberangi jembatan dan gorong-gorong sempit, melewati spillway, terowongan, terowongan bawah tanah, ketika menanjak atau menurun;
- Melalui kawasan yang terdapat sekolah, rumah sakit, terminal bus, pekerjaan umum yang banyak terdapat orang; kawasan yang padat penduduk, pabrik, dan perkantoran yang berada di sepanjang jalan; kawasan yang sedang dalam tahap pembangunan jalan; dan lokasi kecelakaan lalu lintas;
- Saat ada pejalan kaki atau pengguna kursi roda atau penyandang disabilitas menyeberang jalan;
- Ada binatang yang berjalan di jalan atau sedang merumput di dekat jalan;
- Menghindari kendaraan yang melaju dari arah berlawanan atau pada saat memberikan kesempatan kepada kendaraan di belakang untuk mendahului; pada saat ada lampu sein atau lampu darurat dari kendaraan di depan;
- Mendekati halte bus atau tempat parkir tempat penumpang naik atau turun bus;
- Bertemu dengan kendaraan prioritas yang sedang bertugas; bertemu dengan kendaraan berukuran besar, kendaraan yang kelebihan muatan, kendaraan yang membawa barang berbahaya; bertemu dengan pejalan kaki;
- Sedang hujan; ada kabut, asap, debu; permukaan jalan licin, berlumpur, banyak batu, tanah, dan material berserakan;
- Saat mengendarai kendaraan melalui pos pemeriksaan beban kendaraan, pos polisi lalu lintas, atau pos transaksi pembayaran bagi kendaraan yang menggunakan jalan.
2. Kecepatan maksimum kendaraan yang berpartisipasi dalam lalu lintas
2.1 Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk kendaraan bermotor di daerah padat penduduk (kecuali jalan raya)
Jenis kendaraan bermotor jalan raya | Kecepatan maksimum (km/jam) | |
Jalan tol ganda; jalan satu arah dengan dua atau lebih jalur kendaraan bermotor | Jalan dua arah; jalan satu arah dengan satu jalur untuk kendaraan bermotor | |
Kendaraan bermotor, kecuali yang ditentukan dalam pasal 2.3 | 60 | 50 |
2.2 Kecepatan maksimum yang diperbolehkan bagi kendaraan bermotor yang ikut serta dalam lalu lintas di luar kawasan padat penduduk (kecuali jalan raya)
Jenis kendaraan bermotor jalan raya | Kecepatan maksimum (km/jam) | |
Jalan tol ganda; jalan satu arah dengan dua atau lebih jalur kendaraan bermotor | Jalan dua arah; jalan satu arah dengan satu jalur untuk kendaraan bermotor | |
Mobil penumpang, mobil penumpang dengan kapasitas tempat duduk sampai dengan 30 orang (kecuali bus); truk dengan daya angkut kurang dari atau sama dengan 3,5 ton | 90 | 80 |
Mobil penumpang dengan kapasitas lebih dari 30 tempat duduk (kecuali bus); truk dengan daya angkut lebih dari 3,5 ton (kecuali truk tangki) | 80 | 70 |
Bus; traktor yang menarik semi-trailer; sepeda motor; kendaraan khusus (kecuali truk pengaduk mortar dan truk pengaduk beton) | 70 | 60 |
Truk gandeng; truk traktor; truk pengaduk mortar, truk pengaduk beton, truk tangki | 60 | 50 |
2.3 Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk sepeda motor khusus, sepeda motor (termasuk sepeda motor listrik) dan kendaraan sejenisnya di jalan raya (kecuali jalan raya)
Untuk sepeda motor khusus, sepeda motor (termasuk sepeda motor listrik) dan kendaraan sejenisnya saat berpartisipasi dalam lalu lintas, kecepatan maksimum tidak lebih dari 40 km/jam.
2.4 Kecepatan kendaraan bermotor dan sepeda motor khusus di jalan raya
- Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk beroperasi di jalan raya tidak melebihi 120 km/jam.
- Saat berpartisipasi dalam lalu lintas di jalan raya, pengemudi dan operator sepeda motor khusus harus mematuhi kecepatan maksimum dan minimum yang tertera pada rambu-rambu jalan dan marka jalan di jalur.
Dasar hukum: Pasal 6, 7, 8, 9 Surat Edaran 31/2019/TT-BGTVT.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)