Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tentang ekspor senjata mengungkapkan pergeseran signifikan pada negara penerima, yang mencerminkan pergeseran geopolitik besar.
Tentara Ukraina menembak dari tank Leopard 1A5 selama latihan di Zaporizhzhia pada 5 Februari.
Menurut laporan dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI - Swedia) yang dikutip oleh DW pada 10 Maret, Ukraina adalah penerima senjata berat terbesar di dunia selama periode 2020-2024.
Jumlah senjata yang diimpor oleh Ukraina telah meningkat hampir 100 kali lipat dibandingkan periode 2015-2019. Tiga puluh lima negara memasok senjata ke Ukraina selama periode 2020-2024, yang mewakili sekitar 8,8% dari total ekspor global, dengan AS menyumbang 45%, diikuti oleh Jerman (12%) dan Polandia (11%).
Pada periode yang sama, impor senjata dari negara-negara Eropa lainnya meningkat sebesar 155%, akibat dampak operasi militer Rusia di Ukraina. Menurut para peneliti di SIPRI, peningkatan ini juga disebabkan oleh ketidakpastian arah kebijakan luar negeri AS.
Amerika Serikat tetap menjadi pengekspor senjata terbesar di dunia, memasok ke 107 negara. "AS berada dalam posisi unik dalam ekspor senjata. Dengan 43%, pangsa ekspor senjata globalnya lebih dari empat kali lipat dari pengekspor terbesar kedua, Prancis," menurut Mathew George, salah satu penulis laporan tersebut.
Sebaliknya, ekspor senjata Rusia menurun pada tahun 2021 dan 2022, mencapai level terendah dalam dua dekade terakhir.
Impor senjata oleh negara-negara Timur Tengah menurun sebesar 20% antara tahun 2020 dan 2024 dibandingkan dengan periode 2015-2019.
Namun, empat dari sepuluh importir senjata terbesar dari tahun 2020-2024 adalah negara-negara Teluk: Qatar, Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait.
Di antara 10 negara pengimpor teratas terdapat empat negara di kawasan Asia-Oseania: India, Pakistan, Jepang, dan Australia.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa impor Israel tidak banyak berubah dari tahun 2015-2024 karena negara tersebut terutama menggunakan senjata yang telah diterimanya, sebagian besar dari Amerika Serikat.
Impor senjata China telah turun hampir dua pertiga dalam lima tahun terakhir, dan semakin banyak digantikan oleh teknologi dalam negeri, menurut sebuah laporan yang dikutip oleh South China Morning Post .
Sebelumnya, sebuah laporan SIPRI pada Desember 2024 menunjukkan bahwa pendapatan dari 100 produsen senjata terbesar di dunia meningkat sebesar 4,2% menjadi sekitar $632 miliar hanya pada tahun 2023.
Sumber: https://thanhnien.vn/nuoc-nao-nhan-vu-khi-hang-nang-nhieu-nhat-the-gioi-185250310101904334.htm






Komentar (0)